Liputan6.com, Jakarta Banyuwangi yang dikenal sebagai daerah seribu festival hari ini resmi membuka gelaran festival sastra. Ajang yang masuk dalam agenda Banyuwangi Festival 2017 ini berlangsung selama empat hari, 26-29 April 2017. Dipusatkan di depan Stadion Diponegoro, kegiatan ini menarik minat ratusan pelajar penggemar sastra.
Terkait kegiatan ini, Djajat, Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuwangi, menurut informasi yang diterima Liputan6.com, Rabu (26/4/2017) mengatakan, kegiatan ini tentu bisa menjadi media yang positif bagi perkembangan kreativitas. Di samping juga bisa menjadi sarana penyaluran bakat dan minat anak-anak, klhususnya untuk meningkatkan literasi, juga meningkatkan jiwa sportivitas, dan kreativitas.
Baca Juga
“Membaca itu penting, ini akan bisa menjadi inspirasi bagi semua. Membaca membentuk kemampuan berpikir yang lebih berkualitas, melalui suatu proses, seperti menangkap gagasan, informasi, serta bisa memahami, mengimajinasikan, dan mengekspresikan, dan selanjutnya menjadi lebih kreatif,” ungkap Djajat saat membbuka Festival Sastra.
Selama empat hari, Festival Sastra akan diisi dengan rangkaian kegiatan, seperti lomba membaca puisi, bercerita, dan lomba membaca biografi pahlawan dan tokoh-tokoh nasional.
“Ini waktu yang tepat bagi penggemar sastra, para pembaca, bertemu dengan penulis dan sastawan untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan. Semoga event ini bisa menjadi wadah bagi pelajar untuk mengembangkan potensi dirinya dalam kesusasteraan,” kata Djajat.
Sastrawan yang hadir memberikan pelatihan singkat tentang puisi dan kesusasteraan, antara lain Zamawi Imron dan Hasan Apsani, sastrawan pemenang Khatulistiwa Award.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Azwar Anas mengatakan, “Segala hal bermula dari membaca. Menulis dan membaca itu natural. Karean itu, saya perlu menghadirkan festival sastra di Banyuwangi. Saya harap, festival ini bisa mendorong lahirnya generasi penerus pembaca dan penulis dalam negeri,” ungkap Bupati Anas.
Pentingnya sastra bagi masyarakat Banyuwangi bukan tanpa sebab, data yang dikutip dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 menunjukkan, jumlah peminjam buku di perpustakaan didominasi oleh buku sastra.
“Ada sekitar 40,2 persen peminjam buku di perpustakaan Banyuwangi itu meminjam buku sastra. Dari sini, kita berpikir bahwa sastra bisa menjadi pendorong seseorang untuk suka membaca ketimbang dengan jenis bacaan lainnya,” terang Anas.
Selain itu, imbuh Anas, berdasarkan beberapa hasil penelitian, seorang yang suka membaca buku sastra akan menjadikan orang lebih berpikiran luas.
“Orang yang suka membaca sastra punya pemikiran terbuka daripada yang tidak suka membaca sastra. Oleh karena itu, ini penting ditekankan sejak dini, agar anak-anak Banyuwangi tidak terjebak dalam pemikiran sempit yang saat ini marak terjadi,” kata Bupati Anas menambahkan.