Liputan6.com, Jakarta Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat, punya banyak daerah wisata yang indah nan cantik. Salah satu yang paling terkenal adalah Pulau Piaynemo, yang selalu jadi spot foto wisatawan.
Liputan6.com berkesempatan mengunjungi surga dunia di Timur Indonesia ini bersama rombongan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) di sela acara Musyawarah Daerah IJTI Papua Barat.
Perjalanan ke Piaynemo dimulai dari penginapan kami di Waigeo, sekitar 15 menit dari Pelabuhan Waisai. Kapal boat kecil berkapasitas 10 orang menjemput kami sekitar pukul 09.30 WIT dan langsung tancap gas menuju ke Piaynemo.
Advertisement
Perjalanan dengan kecepatan boat sekitar 30 knot, saya dan rombongan menikmati perjalanan lautan dengan ombak yang tenang, meski sesekali boat kami bergoyang menabrak ombak.
Perjalanan tak akan terasa membosankan karena sepanjang jalan kami disuguhi pemandangan indah. Jika beruntung, kami pun bisa melihat lumba-lumba, ikan pari, hingga paus yang sedang bermain-main di tengah lautan. Sungguh pengalaman yang sangat langka.
Sekitar hampir dua jam perjalanan, David, nakhoda kami, menunjuk ke hamparan pulau-pulau di kejauhan. Bagi saya, itu hanya terlihat seperti bukit di tengah laut. Namun begitu perahu kami kian dekat, dua jam perjalanan terbayar kontan. Spontan kami semua memuja kebesaran Yang Maha Kuasa karena telah menciptakan "surga" di timur Indonesia ini.
Perairan tenang yang tak begitu dalam memantulkan warna biru kehijauan, sungguh jernih sekali. Ikan-ikan kecil pun berseliweran di bawah perahu kami. Kami pun bersandar di Pulau Piaynemo yang sudah cukup ramai oleh wisatawan, baik lokal juga asing.
Di depan kami disambut papan pengumuman bertuliskan "Welcome to Piaynemo Island Raja Ampat" dan beberapa poin petunjuk. Untuk bisa menuju puncak Piaynemo, kita harus menaiki anak tangga yang konon katanya ada ratusan anak tangga dengan ketinggian sekitar 100 meter.
Lebar tangga hanya muat untuk dua orang dari jalur naik dan turun. Kini tengah dibangun tangga kedua untuk mengakomodasi kedatangan turis yang lebih banyak.
Sekitar 15 menit perjalanan kami menaiki anak tangga. Tangga ini dibuat dengan kemiringan yang cukup curam, sehingga bagi mereka yang tak kuat akan terasa sangat melelahkan. Tapi jangan khawatir, semua lelah dan pengorbanan akan terbayarkan saat kita sampai di puncak.
"Ayo, sedikit lagi. Sedikit lagi, pasti tidak terasa kalau sudah sampai di atas," ujar pengunjung lain yang sudah sampai duluan
Benar saja, begitu saya sampai di atas, rasa lelah, capai dan bosan, semua terbayar setelah melihat pemandangan yang luar biasa cantik. Batu-batu karang berbukit yang tinggi berdiri kokoh dikelilingi lautan biru nan jernih. Sinar matahari yang terik pun menambah lengkap pantulan cahaya dari perairan itu. Bersih nan jernih.
"Mantul ini mantap betul," ujar rekan satu rombongan saya.
Wisatawan, termasuk kami, sigap mengeluarkan alat penangkap momen, yaitu ponsel, kamera berbagai merek lengkap dengan tongsis (tongkat narsis). Kami tak mau melewatkan momen yang tak banyak orang bisa dapatkan.
Bagi sebagian orang, Piaynemo belum seberapa jika dibandingkan Pulau Wayag, tiga jam perjalanan dari Piaynemo. Piaynemo sendiri banyak dikenal dengan nama Little Wayag.
Tapi bagi saya, melihat Piaynemo sudah lebih dari cukup. Tak henti-henti saya bersyukur atas apa yang telah diberikan Yang Maha Kuasa atas pengalaman dan atas "surga" di timur Indonesia: Raja Ampat.