Sukses

5 Kesalahan dalam Mengelola Keuangan yang Kerap Tak Disadari

Apakah Anda kerap melakukan 5 hal ini dalam mengelola keuangan?

Liputan6.com, Jakarta Siapa yang tidak mau kondisi keuangan dalam hidupnya berubah ke arah lebih baik? Menurut DuitPintar.com, ada beberapa hal yang membuat pengelolaan keuangan kita berantakan tanpa disadari. Berikut lima kesalahan yang kerap terjadi.

1. Memaksa masuk golongan tertentu
Semua manusia memang diciptakan setara. Tapi tak bisa dimungkiri, ada level-level golongan yang memisahkan masyarakat.

Masalahnya, tak sembarang orang bisa masuk ke golongan itu. Meski begitu, tak jarang ada orang yang memaksa masuk ke suatu golongan yang sebenarnya tidak cocok untuknya.

Dalam hal ini, tentunya kita bicara soal golongan berdasarkan strata ekonomi. Misalnya melihat kawan-kawan hobi “buang uang” tiap malam di klub atau kafe, lalu jadi latah ikutan. Padahal kondisi ekonomi pas-pasan. Alhasil demi bisa masuk golongan itu, rela utang sana-sini agar terlihat layak dan mentereng.

Awalnya mungkin bisa diterima dan hura-hura. Tapi seiring berjalannya waktu, tambah besarlah utang yang ditanggung. 

2 dari 3 halaman

2. Menganggap utang adalah hal wajar

Betul, hampir semua pengusaha sukses pernah berutang untuk menggenjot bisnisnya. Tapi itu bukan alasan untuk menganggap utang sebagai hal yang wajar.

Utang bisa diambil hanya ketika kita benar-benar butuh. Selain itu, harus ada rencana matang untuk melunasinya tepat waktu. Misalnya dengan menghitung pemasukan dan pengeluaran rutin.
Keliru bila utang dijadikan sumber utama penggerak ekonomi kita. Hal ini malah menjadikan kita bergantung sepenuhnya pada utang.

Utang yang kebablasan dan tak bijak ini justru kelak merepotkan diri sendiri. Bagaimana bisa hidup tenang jika ada utang menggenang?

3. Putus asa
Putus asa dan mudah menyerah bisa jadi bumerang bagi diri sendiri ketika berurusan dengan uang. Hati-hati, saat kondisi finansial sedang sulit, berhutang adalah pilihan terakhir.
Apakah sudah dicoba cara lain yang lebih aman? Contohnya cari penghasilan tambahan dari kerja sampingan, hingga menjual barang pribadi pun bisa jadi pilihan.

Intinya, jangan mudah menyerah menghadapi kenyataan, apalagi yang berkaitan dengan finansial. Berhutang berpotensi membuat keuangan kacau.

3 dari 3 halaman

4. Boros

Semua orang rentan terhadap pemborosan. Tanpa sadar, kita bisa jadi impulsif ingin membeli ini dan itu padahal tidak butuh. Misalnya karena tidak mau ketinggalan zaman, terburu-buru membeli ponsel edisi terbaru. Padahal ponsel di tangan baru dibeli tahun lalu dan masih gesit.

Atau bisa juga Anda lapar mata ketika jalan-jalan di mal. Melihat tulisan “sale” atau “diskon” di mana-mana, langsung beli barang yang dikorting itu tanpa mencari perbandingan.

Sebaiknya rencana pengeluaran dicatat dan dipatuhi. Dengan demikian, bisa menghindari rangsangan impulsif untuk mengeluarkan uang lebih dari yang telah direncanakan. Lebih baik boros muka ketimbang boros duit.

5. Gengsi
Namanya manusia, keinginan eksis di tengah masyarakat pasti ada entah bagaimana caranya. Yang jadi masalah adalah berusaha eksis atas nama gengsi. Contohnya, gemar membeli barang bermerek meski harus lewat kredit atau utang.
Di permukaan, memang kita terlihat keren dan makmur. Tapi secara tak sadar kita telah menggali kubur. Penampilan itu tak lebih dari sekadar stempel yang kelak bisa luntur.

Tahukah Anda kalau di luar sana justru banyak pengusaha kaya raya yang tampil sederhana? Fondasi keuangan mereka justru kuat mengakar meski terlihat apa adanya.