Sukses

Atasi Air Conectivity, AirNav Kembangkan RET di Bandara Bali

Airnav berencana mengembangkan Rapid Exit Taxiway (RET) di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali.

Liputan6.com, Jakarta Roadshow Menteri Pariwisata Arief Yahya terkait air connectivity satu per satu membuahkan hasil positif. Setelah berkunjung ke Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan (LPPNP) alias AirNav Indonesia, Mei lalu, kini makin progresif. Airnav berencana mengembangkan Rapid Exit Taxiway (RET) di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali.

General Manajer LPPNP Indonesia Cabang Denpasar Bali, Maskon Humawan mengatakan RET akan dikembangkan untuk mendapat mengakomodasi lebih banyak pergerakan pesawat di bandara. Muaranya, apalagi kalau bukan mendukung target Kemenpar yang kekurangan 2 juta seat tahun ini.

"RET itu akan mengakomadasi penambahan penerbangan dari luar negeri. Banyak yang minta masuk ke Bali kalau infrastruktur RET itu bisa ditambah," kata Maskon Humawan di Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Selasa (4/7).

Maskon menjelaskan, RET adalah jalan penghubung landas pacu dengan rancangan sudut yang tajam. Itu akan membuat pesawat yang mendarat dapat segera keluar dari landasan pacu pada tingkat kecepatan yang masih cukup tinggi untuk masuk ke apron atau pelataran parkir pesawat.

"RET ini dibuat khusus agar pesawat keluar dari landasan secara cepat. Begitu mendarat dengan kecepatan tinggi, pesawat terbang masih bisa keluar. Kalau sekarang, berhenti pelan-pelan," katanya.

Dengan masuk ke apron pesawat secara pelan-pelan itu, lanjut dia, maka membuat pergerakan pesawat terbang di landas pacu terbatas. Sedangkan pesawat terbang yang akan mendarat dan tinggal landas cukup banyak.
Solusi yang pas, RET harus ditambah. Ini nantinya akan mengakomodasi pergerakan pesawat terbang sehingga meminimalkan waktu antrean pesawat terbang.

Saat ini, dua RET yang ada bisa melayani 27 pergerakan pesawat terbang selama satu jam. Jika ditambah, maka paling tidak 30 pergerakan pesawat terbang sejam bisa terjadi.

Pada angka 27 pergerakan pesawat terbang sejam saja, menjadikan Bandara Internasional Ngurah Rai sebagai bandara komersial tersibuk di Indonesia. Hampir tiap dua menit ada pesawat terbang yang mendarat atau lepas landas di landasan pacu berazimuth 270-90 itu.

Penambahan RET menjadi salah satu prioritas PT Angkasa Pura I, yang juga dimaksudkan untuk melayani gelaran pertemuan Bank Dunia dan IMF pada 2018. Berbeda dengan kebanyakan bandara internasional lain di Indonesia, keunikan Bandara Internasional Ngurah Rai ada pada rute maskapai penerbangan yang berangkat atau menuju saja.

Menteri Pariwisata Arief Yahya gembira dengan rencana AirNav untuk mengembangkan RET di bandara I Gusti Ngurah Rai Bali itu. Mantan Dirut PT Telkom itu menyebut penambahan itu jalur belokan ke apron itu akan menambah kapasitas pergerakan pesawat di bandara.

“Jika ini beres, akan meningkatkan seats capacity Ngurah Rai Airport,” jelas Arief Yahya.

Menteri yang berasal dari Banyuwangi ini berterima kasih atas inisiatif AirNav itu. KArena air connectivity menjadi critical success factor dalam pengembangan Akses masuk ke Indonesia.

“Ini sangat bagus. Implementasinya excellent. Begitu problem ini disentuh, maka akan memberi opportunity lebih banyak wisman masuk. Terima kasih AirNav!,” tutur Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI.

(*)