Sukses

Kisah Mahasiswi Cantik Joanna Palani yang Jadi Dewi Kematian ISIS

Diklaim telah membunuh 100 anggota ISIS, mahasiswi cantik Joanna Palani menjadi Dewi Kematian yang paling ditakuti

Liputan6.com, Jakarta Mahasiswi cantik asal Kopenhagen, Denmark, Joanna Palani (23) memilih untuk meninggalkan segala kenyamanan dan masa depannya untuk pergi ke Irak demi memerangi Islamic State in Iraq and Syria (ISIS). Ia bergabung dalam barisan Angkatan Bersenjata Pemerintah Regional Kurdistan di Irak, Batalyon Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) sebagai penembak runduk atau sniper pada 2014 silam.

Sekilas, ia lebih cocok menjadi bagian dari keluarga Kim Kardashian ketimbang harus berjibaku di medang Perang. Dengan proporsi wajah yang sempurna dan bentuk tubuhnya yang curve, rasanya bisa menjadi modal sebagai model atau selebritas. Wajah unik dan cantik tersebut didapat dari darah keturunan Denmark dan Kurdi. 

Namun seperti kata pepatah, Don't judge a book by its cover, selama masa penempaannya di camp, Joanna justru menunjukkan keahliannya dalam menembak. Berbekal dua senapan, SVD Dragunov dan Kalashnikov, wanita berambut pirang ini sudah membunuh lebih dari 100 anggota ISIS di Irak dan Suriah.

Karena kepiawaiannya membidik ia pun dijuluki Lady Death. Dalam foto-foto yang diunggah di instagramnya @joannajoliepalani ia terlihat sangat bangga memakai seragam kamuflase, ia mengepang rambutnya seperti Lara Croft dalam film Tomb Rider dan memakai scarf untuk menutupi kepalanya.

 

"Satires" of Juvenal (55 CE-127 CE) About female gladiators "Who has not seen the dummies of wood they slash at and batter  Whether with swords or with spears, going through all the maneuvers?  These are the girls who blast on the trumpets in honour of Flora.  Or, it may be they have deeper designs, and are really preparing  For the arena itself. How can a woman be decent  Sticking her head in a helmet, denying the sex she was born with?  Manly feats they adore, but they wouldn’t want to be men,  Poor weak things (they think), how little they really enjoy it!  What a great honour it is for a husband to see, at an auction  Where his wife’s effects are up for sale, belts, shin-guards,  Arm-protectors and plumes!  Hear her grunt and groan as she works at it, parrying, thrusting;  See her neck bent down under the weight of her helmet.  Look at the rolls of bandage and tape, so her legs look like tree-trunks,  Then have a laugh for yourself, after the practice is over,  Armour and weapons put down, and she squats as she used the vessel.  Ah, degenerate girls from the line of our praetors and consuls,  Tell us, whom have you seen got up in any such fashion,  Panting and sweating like this? No gladiator’s wench,  No tough strip-tease broad would ever so much as attempt it" Heval/comrade Ekin is shot for the 3nd time but already in combat again. She is not even 18 years old. She is a kurd from Istanbul like Sehid Serya was.. so beautiful and so strong. She will keep fighting. She will take every bullet til she dies to secure you and me will live safe tmr. The reality of YPJ. Their secure our future. #YPJ #Rojava #Seroketi #liberty #Justice #revolution #noflyzone4rojava #feminism #femalfighter #JoannaPalani

A post shared by Joanna Palani (@joannajoliepalani) on

Sebelum pindah ke Denmark pada usia 4 tahun, ia sempat merasakan hidup di pengungsian. Ia juga merasakan kerasnya bertahan dalam peperangan yang membuat psikis dan mentalnya berbeda dari perempuan kebanyakan.

Ia pun kembali mengulang momen masa kanak-kanak yang menakutkan saat bertempur di medang perang. Ia harus berpindah lokasi setiap tiga hari dan kesulitan finansial.

"Setiap malam saya kedinginan, dan pergi tidur dalam kondisi kelaparan," ujarnya secara eksklusif pada dailymail.co.uk.

Meski ia dianggap pahlawan di Irak, justru ia dilabeli sebagai teroris di negaranya. Sebab, ia memilih untuk terlibat dalam peperangan dengan ISIS. Ia pun dijebloskan ke penjara sebelum akhirnya mendapat protes dan dibebaskan sebelum Natal 2016.