Sukses

Traveling Panjang Bisa Mengikis Sikap Intoleran, Benarkah?

Pengalaman Alexander Khimushin sebagai fotografer perjalanan membuat dirinya mengerti tentang arti toleransi.

Liputan6.com, Jakarta Berwisata bukan hanya mencari kesenangan belaka, bagi sebagian orang, mengunjungi berbagai tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya bisa menjadi momen untuk penemuan diri. Pengalaman inilah yang didapat Alexander Khimushin, seorang fotografer profesional yang telah menghabiskan sembilan tahun terakhir untuk mengunjungi 84 negara.

Khimushin kepada situs weather.com yang dikutip Kamis (20/7/2017) mengatakan, “Setelah bertahun-tahun berpergian, semakin jelas bagi saya bahwa bertemu orang-orang dan budaya yang melingkupinya merupakan hal terbaik dari semua pengalaman saya.”

Gaya hidup Khimushin yang nomaden selama itu memberinya kesempatan untuk menyaksikan keragaman peradaban manusia yang kaya. Selama tiga tahun terakhir, dia memusatkan perhatiannya untuk memotret orang di setiap daerah yang dikunjungi.

“Wajah semua orang seperti ensiklopedia dunia bagi saya. Wajah masing-masing individu menggambarkan kepribadian, karakter, yang hanya melekat padanya, bukan orang lain,” ungkap Khimushin.

Hidup sebagai fotografer perjalanan membuat dirinya “kuat” bahkan dalam kondisi paling menantang sekalipun. “Anda bisa saja mati akibat terbakar sinar matahari atau mengalami dehidrasi, atau bahkan beku sampai mati pada suhu minus,” kata Khimushin.

Perjalanan spiritual yang dilakukan Khimushin membuat dirinya paham mengapa di dunia ini masih banyak orang yang intoleran. Ketidakpahaman tentang budaya, kepercayaan, dan agama orang lain membuat seseorang bisa menjelma menjadi intoleran.

“Jika semua orang menyadari betapa unik dan menakjubkannya kita, semua orang, kita akan lebih peduli satu sama lain, lebih toleran terhadap orang-orang dari etnis, budaya dan agama lain,” ungkap Khimushin menambahkan.

Berikut beberapa hasil jepretan humanistik karya fotografer Alexander Khimushin.

Simak juga video menarik berikut ini: