Liputan6.com, Jakarta Bagi para riders sejati, berpetualang sambil berkendara sepeda motor menjadi perpaduan yang selalu menarik untuk dilakukan. Apalagi Indonesia memiliki beragam keindahan alam, budaya, dan sejarah yang menjadi magnet untuk dijelajahi. Inilah yang dilakukan Freddy Soemitro, riders senior tanah air yang berhasil menjelajahi Nusantara meski usianya sudah tidak muda lagi.
Tahun lalu, bersama teman penyuka riding, dirinya mengarungi Nusantara dengan mengendarai motor klasik Royal Enfield Classic 500. Rute perjalanannya sendiri sangat menantang, yaitu dari Cikampek ke Timor Leste.
Freddy memulai perjalanan di pagi hari pada Senin, 19 September dari Cikampek menuju Solo dengan total jarak sekitar 500 kilometer. Melewati jalur Pantura, ke arah Semarang sampai akhirnya tiba dan bermalam di kota Solo. Di hari ke-2, perjalanan dilanjutkan menuju Malang melalui medan-medan tanjakkan dari wilayah Madiun, Kertosono, Pare, sampai ke Batu.
“Selama perjalanan ini, kondisi motor Royal Enfield terbilang cukup kuat dan aman, tidak ada 1 baut pun yang kendur padahal medan yang dilewati cukup ekstrim,” ungkap Freddy, seperti informasi yang diterima Liputan6.com, Selasa (1/8/2017).
Di hari berikutnya, perjalanan dilanjutkan hingga ke Denpasar, Bali hingga ke Mataram, Lombok. Perjalanan dari Denpasar ke Mataram ditempuh selama kurang lebih 4 jam. Di Lombok, Freddy diundang oleh Komunitas Royal Enfield yang akrab dikenal dengan “The Green Team” untuk menghabiskan malam bersama, mengobrol santai seputar kegiatan komunitas motor di sekitar Bali dan Lombok.
Simak juga video menarik berikut ini:
Advertisement
Menantang Kabut dan Hujan di Maumere
Seusai Lombok, riding dilanjutkan menuju Sumbawa Besar, Labuan Bajo hingga ke Bajawa, kota kecil di daerah Flores yang memiliki panorama langka yaitu desa yang dikelilingi pemandangan gunung volkano.
“Keesokan paginya, kami lanjutkan perjalanan dari Bajawa menuju Maumere dengan ekspektasi melihat pemandangan matahari terbit di Gunung Kelimutu. Namun tak disangka, di tengah perjalanan kami menemui cuaca berkabut dengan densitas cukup tebal disertai hujan. Akhirnya, kami berhenti sejenak di wilayah Ende, karena terhalang oleh jalanan yang tertutup longsor untuk melanjutkan kembali perjalanan di malam hari. Di tengah udara dingin yang menusuk, flu menyerang, serta kabut serta hujan gerimis menghalangi kami untuk mempercepat laju menuju Maumere.
Mengantisipasi kondisi seperti ini, saya sempat melakukan sedikit modifikasi terhadap motor Royal Enfield dengan meninggikan handle bar serta mengatur posisi duduk senyaman mungkin sebelum berangkat. Karakter motor yang luwes dan fleksibel memudahkan saya untuk memodifikasinya sesuai dengan kebutuhan,” tambah Freddy.
Sesampainya di Maumere pada tengah malam, Freddy beristirahat dan keesokan paginya melanjutkan perjalanan ke Larantuka. Pada pukul 10 pagi, Freddy mengirimkan motor ke Kupang dengan menggunakan Kapal Ferry karena harus menyeberangi lautan yang pelayarannya memakan waktu sekitar 18 jam. Selama di Kupang, Freddy bertemu dengan teman-teman sesama pencinta motor, dari Asosiasi Bikers Kupang (ASBAK). Sambil menikmati keindahan kota Kupang yang masyarakatnya dipenuhi berbagai suku bangsa ini, saling bertukar informasi mengenai pengalaman dan keseruan riding dengan sesama bikers.
Perjalanan pun kembali dilanjutkan menuju Atambua dengan melewati jalan nasional sepanjang 270 kilometer melintasi jalan perbukitan berkelok yang sangat menantang. Di sekeliling tampak pemandangan unik berupa rumah-rumah adat khas budaya Nusa Tenggara Timur (NTT), namun penerangan jalan yang cukup minim menjelang malam hari membuat riders harus ekstra hati-hati.
“Kami sempat tersesat di perjalanan ketika tiba di kota Kefamenanu karena salah mengambil arah jalan. Setelah melintas sejauh 28 kilometer, kami menemui perbatasan daerah yang tidak seharusnya kami lewati, yakni wilayah Oecusee. Disini kami berhadapan dengan pihak berwajib yang menjaga kawasan ini dengan cukup ketat. Kami sempat bersitegang dengan petugas setempat karena dicurigai dan tidak diperkenankan masuk ke wilayah tersebut. Setelah melalui perdebatan panjang, kamipun berputar arah kembali menuju Atambua hingga akhirnya tiba di titik Pos Lintas Batas Negara Republik Indonesia dan Timor Leste. Kami disambut langsung oleh salah seorang kerabat kami di Timor Leste, Paolo Martin. Olehnya, kami diberi keistimewaan untuk menginap di hotel dengan lokasi yang bersebelahan dengan kediaman Xanana Gusmao, Presiden Pertama Timor Leste.” jelas Freddy.
Advertisement
Kembali ke Jakarta
Setelah puas menjelajah kota Dili, ibukota Timor Leste dan bersenda gurau dengan kawan lama, Freddy pun kembali pulang ke Jakarta. Perjalanan ini menandai halaman baru dalam catatan riding, khususnya touring tanah air. Sebagai seorang rider senior, Freddy sudah pernah merasakan touring ke Eropa, Himalaya hingga Selandia Baru, namun sensasi berkendara di tanah air tetap menjadi rute unggulan dengan hamparan panorama keindahan sepanjang perjalanan.
“Motor Royal Enfield Classic 500 yang dikendarai juga menjadi salah satu faktor keberhasilan perjalanan saya kali ini. Dengan performa mesin dan ketahanannya yang baik, motor ini sangat handal. Saya dapat memacu kecepatan hingga top speed 120 kilometer per jam dengan manuver yang masih terasa ringan dan nyaman. Perjalanan dengan total jarak 5,800 kilometer ini merupakan salah satu pengalaman riding yang tidak terlupakan bagi saya.” tutup Freddy.