Liputan6.com, Sumatera Barat Nagari Harau di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, akan kembali “berpesta”. Acara ini menyusul akan kembali digelarnya Pasa Harau Art & Culture Festival pada 25 hingga 27 Agustus 2017. Festival ini akan mengulang kesuksesan penyelenggaraannya pada tahun lalu.
Selama tiga hari penyelenggaraan, festival yang didukung Kementerian Pariwisata tersebut bakal menyuguhkan ragam kebudayaan masyarakat sekitar Lembah Harau, mulai dari permainan tradisional hingga pertunjukan musik akustik dengan menghadirkan musisi senior, Fariz RM.
Baca Juga
Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara (BP3N) Kementerian Pariwisata, Esthy Reko Astuti, mendukung terselenggaranya kembali festival yang diinisiasi komunitas masyarakat Nagari Harau. Pasa Harau Art & Culture Festival menurut wanita berkerudung ini berbeda dengan kegiatan serupa di Indonesia.
Advertisement
Pengunjung atau wisatawan yang jadi peserta akan diajak terlibat langsung menjadi bagian kegiatan kebudayaan di masyarakat sekitar Lembah Harau.
“Wisatawan akan tinggal di rumah-rumah penduduk, merasakan dan berinteraksi langsung sebagai ‘penghuni’ Lembah Harau. Juga saling terlibat dalam ragam workshop seni pertunjukan yang akan digelar di tengah festival berlangsung,” ujar Esthy, yang didampingi Kepala Bidang Promosi Wisata Budaya, Wawan Gunawan.
Dengan kolaborasi yang baik antara komunitas masyarakat Nagari Harau dan pemangku kepentingan terkait, maka diharapkan festival ini dapat menjadi ‘pasar’ seni dan budaya.
“Di mana berbagai potensi yang dimiliki oleh masyarakat Lembah Harau dan Limapuluh Kota secara umum dapat ditampilkan secara masif,” kata Esthy.
Lebih lanjut, Wawan memaparkan, festival tersebut tidak saja terdiri atas pertunjukan seni, tetapi juga berbagai permainan rakyat, olahraga tradisional, serta kuliner khas setempat.
“Juga benda-benda kerajinan serta gelaran beberapa upacara tradisional,” ucap dia.
Pasa Harau Art & Culture Festival sendiri mengambil kata ‘Pasa’ yang di Minangkabau berarti ‘pasar’ sebagai konsep dasar. Pasa juga dapat berarti keramaian.
Dede Pramayoza, selaku Direktur Festival mengatakan, Pasa Harau Art & Culture Festival adalah salah satu kegiatan pengembangan wisata berbasis komunitas di Lembah Harau, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.
Menurutnya, festival tersebut terselenggara berkat dukungan masyarakat Lembah Harau dan pemerintah Nagari Harau. Masyarat Nagari Harau bergotong-royong menyiapkan pertunjukan, rumah untuk menginap, dan ragam seni instalasi.
"Pemerintah Nagari bahkan mengalokasikan anggaran untuk mendukung acara ini,” ujar Dede.
Dibandingkan tahun lalu, imbuhnya, acara yang dihadirkan dalam festival kali ini akan lebih beragam. Selain seni pertunjukan tradisi, wisatawan juga akan disuguhkan berbagai permainan khas tradisional.
Beberapa permainan tersebut di antaranya pertunjukan pacu jawi, pacu itik, silek lancah, minum 1001 kopi kawa, dan workshop randai bagi traveler/wisatawan.
Lalu, pada 26 Agustus 2017 malam, pukul 20.00 WIB, Haraucustik yang merupakan pertunjukan musik akustik akan menghadirkan musisi senior Fariz RM, yang akan membawakan rentetan lagu-lagunya yang sudah dikenal masyarakat luas.
“Selama tiga hari penyelenggaraan kami menargetkan 5.000 pengunjung, termasuk di dalamnya wisatawan mancanegara seperti tahun lalu,” ucap Dede.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi kembali digelarnya Pasa Harau Art & Culture Festival. Di mana masyarakat sebagai komponen penting dalam pariwisata mengambil perannya dalam menjaga dan mengangkat kebudayaan setempat, lalu mengemasnya menjadi satu sajian menarik yang dapat menarik wisatawan.
“Saya yakin culture value di Sumatera Barat, khususnya Nagari Harau, di Kabupaten Limapuluh Kota, sangat tinggi. Namun, harus didukung oleh commercial value sehingga kebudayaan budaya dapat menghasilkan economy value yang kuat. Budaya itu semakin dilestarikan, semakin menyejahterakan,” kata Arief, peraih Marketeer of the Year 2013 versi MarkPlus itu.
Menteri asal Banyuwangi tersebut mencontohkan ikan-ikan yang ada di bawah laut Indonesia. Jika dilihat wisatawan saat diving atau snorkeling, tentu nilai ekonominya akan lebih besar daripada ikan yang ditangkap. Ikan sekali ditangkap akan selesai.
“Namun, ikan yang beserta keadaan alamnya dipelihara dan dijaga akan dilihat wisatawan sehingga mendatangkan devisa,” ujar Arief.
Terlebih lagi, ketertarikan wisatawan mancanegara (wisman) terhadap budaya adalah yang tertinggi, mencapai 60 persen, apabila dibandingkan dengan ketertarikan terhadap alam (nature) 35 persen dan kerajinan tangan (manmade) lima persen.
“Sukses untuk penyelenggaraan Pasa Harau Art & Culture Festival dan semakin melambungkan Pesona Indonesia,” ucap Arief.
(*)