Liputan6.com, Jakarta Kekuatan diri tidak memandang apapun peran yang dilakoni seseorang. Apakah Anda seorang guru, ibu yang super, pemimpin, koki terkenal, tokoh agama, motivator, atau apapun profesi yang Anda jalankan, semua orang butuh kekuatan untuk maju dan berhasil. Setiap orang pasti ingin memiliki kekuatan. Kekuatan ini bukan seperti karakter imajinasi yang sering terlihat di poster-poster yang ada di koran atau majalah.
Bukan badan kekar berotot baja dan perut sixpack yang dibutuhkan setiap orang sebagai kekuatannya. Kekuatan yang dimaksud adalah kekuatan diri, sesuatu yang mendorong dari dalam diri yang membuat seseorang mampu bergerak untuk mewujudkan apa yang ingin diraihnya. Entah mengapa ada kalanya kita merasa punya kekuatan diri, ada kalanya juga kita merasa lemah dan tidak mampu untuk berbuat apapun.
Dilansir dari laman Happier, Rabu (30/8/2017) penulis buku Power vs. Force, Davis Hawkins mendefinisikan kekuatan diri bukanlah pengalaman sensorik, penampilan luar, perasaan atau financial yang seimbang, namun ini adalah kesadaran akan potensi diri.
Advertisement
Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan diri
Cinta
Dalam penelitiannya Hawkins menjabarkan bahwa dalam hal mencintai seharusnya bukan berlandaskan dari sebuah hubungan. Mencintai sifatnya permanen, tidak berubah dan tidak bersyarat. Sayangnya orang-orang yang mengalami ini sangat langka. Berapa banyak orang yang bisa terus mencintai tanpa syarat selamanya? Jumlahnya sangat sedikit. Menurut hawkins hanya 0,4 persen populasi penduduk dunia yang mengalaminya.
Kesenangan
Rasa senang, menikmati, nyaman dengan apa yang dijalani bahkan lebih langka dialami masyarakat dunia. Hanya orang-orang yang sabar, berpegang teguh dengan apa yang dijalani dan melakoninya dengan perangai yang positif yang bisa merasakannya. Seperti yang dialami oleh para tokoh spiritual, yogi ataupun tabib.
Damai
Sayangnya, hanya 1 dari 10 juta orang di dunia yang benar-benar berada dalam rasa damai ini. Mereka bisa menjalani kehidupan dengan pandangan yang cerah, berseri-seri, dan mudah memaafkan. Orang-orang yang sangat langka ini menyingkirkan diri mereka dari hiruk pikuk duniawi. Mereka lebih memilih tinggal berdampingan dengan alam sebagai tempat yang memberi mereka kebahagiaan.
Melihat begitu sedikitnya faktor kekuatan diri bisa dimiliki seseorang secara konsisten, maka perlu melakukan perlawanan terhadap hal-hal yang membuat kita merasa lemah, tak berdaya, tidak memiliki kekuatan untuk mewujudkan impian. Banyak orang pasti ingin memiliki hidup yang bahagia, gembira, bisa menyayangi dan disayangi, damai dan sehat. Semua berkaitan pula dengan pengelolaan emosi. Emosi manusia sering diwarnai dengan kondisi yang tidak stabil. Marah, cemas, sedih sangat mengganggu seseorang untuk memaksimalkan kekuatan dirinya.
Tiga cara atasi emosi yang negatif
Ada tiga cara yang perlu dilakukan sebagai perlawanan terhadap emosi negatif yang datang:
- Banyak hal yang datang dalam kehidupan dan sifatnya bermacam-macam. Jika kita menerima apapun yang datang tanpa perlawanan, membiarkannya menghampiri karena memang begitulah adanya, maka rasa damai kondusif untuk diwujudkan.
- Lepaskan diri, buat keadaan diri merasa santai dan relaks. Hiruplah udara segar.
- Sadarilah bahwa Anda memang memiliki kekuatan diri dan selamanya kekuatan itu milik Anda.
Semoga semakin banyak orang yang bisa mengelola emosinya untuk memaksimalkan kekuatan dirinya. Dengan menyadari kekuatan diri dan memaksimalkannya untuk mewujudkan banyak hal, maka kebahagiaan akan semakin dirasakan banyak orang.