Liputan6.com, Bondowoso Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, menyebut kopi Indonesia punya magnet besar menjadi kekuatan pariwisata. Kopi dikonsumsi di seluruh dunia, sedangkan semua daerah di Indonesia punya kopi-kopi unggulan.
"Ketika demand dan supply sudah ada, tinggal mengkoneksi dengan manajemen yang bagus," ujar Arief.
Dirinya yang ahli marketing menyebutkan, ada tiga hal utama dalam pemasaran. Product Management, Customer Management dan Brand Management.
"Ketiga hal itu lah yang harus ditangani dengan baik," ucap Arief, yang asli Banyuwangi itu.
Ada Festival Kopi Nusantara (FKN) yang berakhir pada Minggu (27/8/2017) dan menjadi atrakasi pariwisata Bondowoso. Acara yang digelar di alun-alun RBA Ki Ronggo, Kota Bondowoso, sejak Jumat (25/8/2017) itu benar-benar menarik wisatawan dalam dan luar negeri, khususnya para penghobi kopi.
Advertisement
Festival tersebut adalah salah satu cara untuk menaikkan branding kopi. Untuk menjadi produk kelas dunia, maka harus ditangani dengan pendekatan yang serius dan konsisten.
Pada ajang yang digelar Dinas Pertanian tersebut, sebagai leading sector, tersedia suguhan menarik. Ada kompetisi roasting (penyangraian) kopi dan brewing (teknik menyeduh) kopi sekaligus sebagai wisata khusus kopi para wisatawan.
"Saya datang dari Yogya karena ingin belajar dan melihat bagaimana teknik roasting dan brewing (dari) mereka yang pakar perkopian,’’ kata Alamsyah, salah seorang wiraswasta dari Yogya.
Even FKN tersebut benar-benar jadi ajang saling belajar dan kompetisi bagi mereka yang menghadirinya. Terlebih lagi, kompetisi itu diikuti sekitar 60 pegiat kopi dari Aceh hingga Papua, sehingga para pengunjung bisa belajar langsung dan juga menikmati hasil sajian mereka.
Kepala Dinas Pertanian, Munandar, mengungkapkan bahwa gelaran tersebut sengaja dihelat di Alun-alun RBA Ki Ronggo agar masyarakat mudah mendatangi dan mencicipi kopi di rumahnya sendiri, yaitu Bondowoso. Sebab, dalam even ini pihaknya banyak menyajikan kopi dengan berbagai jenis penyajian.
“Jadi semangat kami adalah menggali potensi dan menggelar prestasi,” ujar Munandar.
Peserta roasting dan brewing terdiri dari para pegiat kopi yang selama ini sudah memiliki kemampuan handal menjadi barista --suatu pekerjaan yang pekerjaannya membuat dan menyajikan kopi yang berbasis espresso kepada pelanggan-- sehingga di tangan mereka, tercipta suguhan kopi spesial yang rasanya melegenda.
Selama ini, Bupati Amin Said Husni, telah membuat branding Bondowoso sebagai Republik Kopi (BRK). Karena itu, FKN menjadi kegiatan andalan yang ditunggu-tunggu masyarakat. Kepala Disparpora, Harry Patriantono, mengungkapkan bahwa FKN yang merupakan kalendar even Ijen Festival sangat perdampak pada pengenalan wisata di Bondowoso.
FKN sudah didengar hampir seluruh pelaku kopi di Indonesia. Artinya, mereka pasti datang ke sana.
“Hal ini merupakan kunjungan wisata ke Bondowoso. Tentunya mereka yang datang akan menjadi bagian dari promosi yang akan mengabarkan tentang Bondowoso ke saudara dan teman-temannya,” ujar Harry.
Kopi Arabika Java Ijen Raung, yang merupakan asli kopi Bondowoso, merupakan kopi berkelas yang sudah diakui para pelaku kopi secara internasional. Karena itu, masyarakat dan para wisatawan bisa lebih mengenal kopi spesial Bondowoso melalui FKN 2017.
Kompetisi yang berlangsung pada malam hari, dengan suasana sejuk udara Bondowoso, membuat para pengunjung benar-benar merasakan nikmatnya kopi dengan kesejukan alam Bondowoso.
Bahkan, para pengunjung yang hadir bisa langsung mencoba berbagai cita rasa kopi dari berbagai daerah. Mereka mencicipi satu persatu kopi dari seluruh penjuru Indonesia. Selain kopi Arabika Java Ijen Raung, ada Kopi Robusta Bogor, Arabika Flores, Arabika Garut Jabar, Arabika Toraja, Arabika Lin tong Sumut, Arabika Gayo, dan berbagai kopi lainnya.
Seluruh kopi itu disediakan panitia di termos dan pengunjung bisa mengambil sendiri. Gula pun juga tersedia.
“Baru kali ini saya mencicipi aneka macam kopi dalam satu tempat sekaligus,” ucap Angga, penikmat kopi yang mengaku punya warkop di kawasan Kenjeran, Surabaya. Bersama empat temannya, ia datang untuk belajar berbagai teknik roasting dan brewing.
"Nanti akan saya sajikan di warkop saya,’’ kata Angga.
Ada puluhan pegiat kopi yang mengikuti kompetisi roasting dan brewing. Mereka datang dari Malang, Jawa Tengah, Papua, dan Aceh. Dari seluruh peserta, panitia akan mengambil 10 orang terbaik.
Dari hasil kompetisi untuk roasting dan brewing selama tiga hari itu, Bondowoso menempatkan Kopi Arabika terbaik kedua, setelah Kopi Arabika Banjarnegara, Jawa Tengah. Peringkat tiga diraih Arabika Bandung.
Sementara itu, juara Specialty Coffee Competition diraih peserta dari Sumba-NTB, Roasting Competiting direbut Adit Yashita, dan Brewing dan Blending Competition diraih Wahyu Aribowo.
Dengan perolehan tentunya, tentunya kopi Arabika Java Ijen Raung masih sangat bisa diandalkan untuk membangkitkan geliat perkopian Bondowoso di kancah nasional maupun intenasional.
Amin Said Husni mengungkapkan, pihaknya ingin melakukan pembinaan kopi Bondowoso terbaik di Indonesia. Dengan kopi ini, maka Bondowoso memiliki branding wisata tersendiri, yaitu Republik kopi.
Karena itu, pemerintah terus melakukan pembinaan di hulu sampai di hilir, seperti melakukan pembinaan UKM.
“Mulai melatih packaging untuk produk merchandise,” ujar Amin.
Selain itu, di ranah hilir juga saat ini sudah tumbuh puluhan kafe di Bondowoso. Kafe-kafe itu menyajikan kopi terbaik kebun Bondowoso, sehingga tentunya akan berdampak pada Produk Domestik Refgional Bruto (PDRB) yang baik.
“Pemerintah juga akan memberlakukan kemudahan izin,” ucap Amin.
(*)