Sukses

Bali Open Piano Competition 2017 Menjaring Wisatawan Mancanegara

Pesona Bali Open Piano Competition 2017, Menjaring Wisman Keluarga dan Berkelas

Liputan6.com, Denpasar Bali tak hanya populer akan alam dan budaya yang keren atau karena dikunjungi tokoh-tokoh dunia seperti Barack Obama dan Raja Salman. Namun, Bali juga punya magnet baru bernama Pesona Bali International Open Piano Competition II 2017. Even dunia ini akan berlangsung pada 23-24 September 2017 di Padma Resort Legian.

“Kami pilih Bali sebagai tempat penyelenggaraan karena itu adalah destinasi terbaik dunia 2017 versi TripAdvisor. Sekaligus mempromosikan destinasi utama pariwisata,” ujar Eleonora Aprilita, Ketua Panitia Pelaksana dari Opus Nusantara, di Denpasar, Kamis (31/8/2017).

Nora, sapaan akrab Eleonora, mengaku ingin mengulang kesuksesan penyelenggaraan kompetisi piano tahun lalu yang juga digelar di Bali. Tahun lalu, kompetisinya digelar dengan sangat unik. Para pianis dan pemain biola banyak yang tampil dengan pakaian tradisional Bali. Lengkap dengan udeng (penutup kepala khas Bali), sarung, dan baju khas Pulau 1000 Pura itu.

"Jadi, selain berlomba mendengarkan teknik bermain piano-biola kasik, juga menyaksikan performance yang khas dan terasa berada di Pulau Dewata," ucap dia.

Menggelar lomba Piano di Bali tentu tidak salah. Tahun lalu, pianis cilik asal Bali menggetarkan dunia dan membuat nama Bali terdengar nyaring saat Joey Alexander Sila tampil memukau dalam acara pembukaan ajang penghargaan musik terbesar Amerika Serikat, Grammy Awards 2016.

Saat itu, Joey masuk di dua nominasi sekaligus sebagai Improvisasi Jazz Solo Terbaik lewat karyanya yang berjudul Giant Steps dan Album Instrumental Jazz Terbaik lewat album My Favorite Things.

"Ini bukti Indonesia mempunyai masa depan baik untuk menelurkan talenta di bidang musik klasik. Semoga kecermelangan Joey Alexander bisa menginspirasi anak anak muda ini untuk terus berlatih dan memainkan jari jemarinya dan membawa Indonesia terkenal di mancanegara," kata Nora.

Dalam kompetisi piano tersebut, imbuhnya, ada 12 kategori yang akan dipertandingkan. Untuk kategori lagu pilihan terbagi dalam enam kategori, yaitu A: usia maksimal 7 tahun, B: usia 8-9 tahun, C:usia 10-11 tahun, D: usia 12-14 tahun, E: usia 15-17 tahun, dan F: usia minimal 18 tahun.

"Kemudian ada enam Kategori Bebas, Bebas A-F, mereka akan berkompetisi memainkan tuts-tuts piano dengan tema zaman Barok, karya komposer sekitar tahun 1600–1750, zaman klasik, karya komposer tahun 1750–1820 , zaman romantik yaitu karya komposer pada sekitar awal 1800-awal 1900, dan zaman modern, karya komposer pada abad 20-21," ujar Nora.

Kompetisi akan dilaksanakan dalam dua babak. Di babak penyisihan, peserta harus memainkan satu lagu.Peserta yang terpilih untuk tampil di babak berikutnya harus memainkan satu lagu. Lagu yang dimainkan di babak final tidak boleh sama dengan yang dimainkan di babak penyisihan.

"Peserta boleh mengikuti beberapa kategori di kelompok umur sesuai usianya dan/atau satu kelompok umur di atasnya," ucap Nora.

Nantinya, semua peserta kompetisi akan mendapatkan sertifikat partisipasi.

"Dewan juri akan mengumumkan tiga pemenang untuk setiap kategori, dan tambahan tiga harapan untuk kategori A-E. Pemenang akan mendapatkan piala, sertifikat kemenangan, dan hadiah dari sponsor," kata Nora.

Untuk target pesertanya, ia menargetkan lebih dari 160 kontestan.

"Jumlah ini pasti akan meledak. Tahun lalu juga banyak yang tidak bisa ikut serta karena kuota telah penuh dan pendaftaran akan kami tutup tanggal 8 September mendatang. Saat ini sudah banyak peserta luar negeri yang mendaftar seperti dari Jerman, Australia, Korea, dan China,” ujar Nora.

Bagi Kementerian Pariwisata (Kemenpar), kompetisi piano tersebut konkret memberikan dampak langsung dan tidak langsung. Tahun lalu, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Nusantara Kemenpar, Esthy Reko Astuti, hadir di kompetisi yang diikuti banyak pianis cilik dari mancanegara itu.

Tahun ini, selain dilangsungkan di Bali, kompetisi juga akan pentaskan di Batam untuk menarik wisatawan mancanegara (wisman) dengan spending besar dari Singapura dan Malaysia. Bahkan, lebih dari 30 pianis Vietnam sudah mendaftarkan diri.  

"Kita support atraksi yang mendunia, seperti kompetisi piano berlevel internasional ini. Terlebih, venue Bali punya daya magis bagi peserta. Peserta pasti antusias mengikuti kompetisi ini ada di destinasi wisata. Mereka jauh-jauh hari sudah booking kamar hotel, sekaligus berwisata keluarga, tentu sangat menguntuntungkan bagi pariwisata Bali dan Indonesia," ucap Esthy.

Kompetisi tersebut bisa menjadi ajang berlibur karena pada umumnya pianis kelompok usia 7 sampai 18 tahun saat berkompetisi diantar oleh seluruh keluarga sebagai supporter. Satu peserta  bisa membawa 5-10 anggota keluarga.

"Sambil mendukung putra putrinya, bisa sekalian piknik. Kalau peserta sekitar 160 orang, maka diperkirakan audience-nya sekitar 1000 orang yang ikut datang. Event ini bisa men-drive keluarga besar peserta untuk terbang dan menikmati destinasi wisata di Bali," kata Esthy.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya juga memiliki pendapat sama. Menurutnya, Bali memang disiapkan untuk bisa menggelar, mengakomodir, dan melaksanakan event apapun. Begitu juga dengan musik, acara ini sangat tepat karena musik adalah bahasa universal yang akan memberikan dampak yang sangat positif untuk dunia luar.

"Setelah acara ini, pasti mereka akan mengenang Bali dengan musik klasiknya, dan juga akan kembali ke Bali," kata Arief.

Ia melanjutkan, Bali, Jakarta dan Kepulauan Riau merupakan pintu masuk wisman ke Tanah Air. Mereka menyumbang wisman sebanyak 40 persen.

"Produk portofolio pariwisata Indonesia itu wisata budaya. Bali adalah salah satu pusat wisata budaya di Tanah Air yang banyak menggelar event kelas dunia. Selamat berkompetisi, silakan bawa musik klasik kita mendunia," ujar Arief.


(*)

Video Terkini