Liputan6.com, Ngada Menjelang matahari tenggelam di Pantai Riung, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT) kapal-kapal pesiar mini (yacht) mulai berdatangan. Para yachter dari belahan dunia ini mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat dan Kementerian Pariwisata.
Dari 70 kapal layar tak bermesin ini, sebanyak 34 kapal yang memutuskan menyandarkan kapalnya di Pantai Riung. Sisanya, langsung meneruskan perjalanan menuju Labuan Bajo. Kunjungan ke Pantai Riung ini menjadi bagian reli bahari berskala internasional bertajuk Wonderful Sail 2 Indonesia 2017.
Saat menginjakkan kaki di daratan pantai, wisatawan mancanegara (wisman) yang kebanyakan berasal dari Swiss, Australia dan Kanada ini langsung disambut dengan tarian tradisional Jai Laba Go, tarian yang paling sering dipentaskan pada saat pembuatan Ngadhu, Bhaga, Peo, Ture dan upacara-upacara penting lainnya, atau pada penjemputan tamu-tamu penting.
Advertisement
Setelah itu, mereka juga dipertunjukan tari Caci sambil menikmati welcome drink kelapa muda. Dalam kesempatan ini, beberapa wisman sempat mencoba serunya pertempuran dalam Tari Caci.
Mereka mendapatkan sambutan hangat dari penduduk lokal berupa jamuan gala dinner dengan menu khas Ngada. Di sela makan malam ini, wisman juga asik dansa bersma pasangan dan menari bersama dengan masyarakat diiringi musik khas NTT serta suasana pantai yang menawan.
"Mereka sudah menikmati keindahan Wakatobi, Maumere, Pulau Buru dan Ende. Sekarang mereka akan menjelajahi pulau-pulau indah di Riung yang jumlahnya ada 17 pulau,” kata Raymond Lesmana, organizer event Wonderful Sail 2 Indonesia, di Pantai Riung, Sabtu (2/9).
Raymond menambahkan, kapal-kapal tanpa mesin tersebut berasal dari berbagai negara seperti Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Inggris, Belanda, Belgia, Italia, Spanyol dan Perancis.
“Totalnya akan mencapai 70 kapal layar, tapi sebagian hanya berhenti sejenak dan langsung menuju Labuan Bajo. Yacht-yacht ini membawa sedikitnya 150-an turis mencanegara yang berasal dari beberapa negara,” ungkap Raymond.
Staff Menteri Pariwisata Bidang Percepatan Borobudur Hari Untoro Drajat menjelaskan, sambutan terhadap para yachter ini bentuk atensi luas masyarakat Riung terhadap kegiatan pariwisata di Ngada. Kegiatan ini untuk menyambut para pelayar sejak berlayar sejak Juli dan mereka kini berada di Riung.
"Sambutan ini bagian dari karakter masyarakat setempat menyambut turis asing dan kegiatan pariwisata di Ngada," ujar Hari Untoro.
Dalam kesempatan ini, Hari Untoro sekaligus mempromosikan wisata-wisata di Bajawa, Ngada. Yachter bisa menjelajahi destinasi wisata di Ngada yang indah, natural dan tradisional dalam waktu singkat.
"Dari Riung, Anda bisa menjelajahi banyak tempat selama perjalanan satu hari. Sekitar Riung banyak sekali atraksi budaya, serta wisata alam. Silakan expore," ujar Hari Untoro.
Dia melanjutkan, di tengah perkembangan zaman, Ngada telah mempertahankan kearifan lokal dan budaya nenenk moyang melalui kehidupan di Kampung Bena. Kampung megalitikum ini terletak di Desa Tiwuriwu, Kecamatan Aimere, sekitar 19 km selatan Bajawa. Kampung yang terletak di puncak bukit dengan view gunung Inerie. Keberadaannya di bawah gunung merupakan ciri khas masyarakat lama pemuja gunung sebagai tempat para dewa.
"Saya kemarin datang ke kampung Bena, kampung ini sama sekali belum tersentuh kemajuan teknologi. Arsitektur bangunannya masih sangat sederhana yang hanya memiliki satu pintu gerbang untuk masuk dan keluar. Hingga kini pola kehidupan serta budaya masyarakatnya tidak banyak berubah. Dimana masyarakatnya masih memegang teguh adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka," jelas Hari Untoro.
Selain itu, wisata tracking di bukit Wolobolo juga patut dicoba. Dengan suasana yang sangat damai, pengunjung sekaligus menikmati dua pemandangan yaitu gunung dan kaldera di dua sisinya.
Di kesempatan sama, Wakil Bupati Ngada Paulus Soliwoa menambahkan, Ngada memiliki segudang potensi daya tarik wisata di mana arus dan pergerakan para pelaku wisata dunia di perairan ini mesti dianggap sebagai peluang mengangkat dan mendayagunakan berbagai potensi sumber daya alam dan budaya Indonesia.
"Karena itu, saya mengajak para sailors mengunjungi berbagai obyek wisata di wilayah ini selain Pantai Riung dari berbagai sisi berbeda," ujarnya dalam kata sambutan.
Paulus menjelaskan, ada 17 pulau kecil bisa diakses dari Pantai Riung seperti pulau Kelelawar, Pasir, Kolong, Bangko, Pata, Wawi, Batu, Meja, Wire, Laingjawa, Wingkureo, Rutong, Bampa, Telu, Sua, Mborong, Ontoloe, Sui, Taor.
Pulau yang ramai dikunjungi wisatawan yakni, Pulau Kelelawar dan Pulau Pasir. Di Pulau Kelelawar, mata para pelancong akan dimanjakan dengan puluhan ribu ekor kelelawar yang terbang mengelilingi pulau tersebut.
“Para yacther bisa mengelilingi kepulauan ini dalam waktu satu hari. Sambil mengelilingi pulau, mereka juga bisa melihat keindahan alam bawah laut dari atas perairan yang tenang. Namun jika tak puas dengan hanya melihat pemandangan dan kehidupan kelelawar, wisatawan bisa snorkeling dan diving di perairan ini. Saksikan sendiri keanekaragaman hayati bawah lautnya dan nikmati berenang di perairan yang jernih ini,” papar Paulus.
Salah satu dari 17 pulau itu, lanjut Paulus, juga terdapat hewan Komodo yang jenisnya berbeda dengan yang ada di Pulau Komodo di Labuan Bajo. Keberadaan komodo di Pulau Mboa ini masih sangat liar dan alami sehingga masih agak susah ditemui.
"Nanti akan kami kembangkan bagaimana caranya komodo-komodo ini terbiasa di satu titik, sehinhga bisa disaksikan para wisatawan dari atas kapal di pinggiran laut. Kami juga terus melakukan riset terhadap hewan langka ini," ungkap Paulus.
Sejak berangkat dari Opua di New Zealand pada awal Juli, puluhan yachter ini masuk ke Indonesia via Papua Nugini. Dari Royal Papua Yacht Club di Port Moresby di Papua Nugini, kapal berlayar dan memasuki perairan Indonesia dan telah mengeksplore beberapa persinggahan seperti Debut (23-27 Juli), Banda (30 Juli-2 Agustus), Buru Selatan (5-8 Agustus), Buton Utara (11-14 Agustus) dan Wakatobi (16-19 Agustus).
Rute selanjutnya, para peserta reli menyisir dan singgah di Maurole Pulau Buru (27-30 Agustus) dan Riung (1-4 September) dan singgah di Labuan Bajo (4-7 September). Peserta kemudian akan berlayar menuju Lombok Utara (10-13 September) dan Lovina Bali (16-19 September). Kemudian kapal-kapal tersebut juga akan menambatkan jangkarnya di daratan Kalimantan yaitu Kumai, Kotawaringin Barat (22-25 September).
Usai Kutai berlanjut ke Belitung (27-30 September), Parai Beach (02-05 Oktober), Penuba (7-10 Oktober), Benan (11-14 Oktober) dan Petualangan rally akbar akan berakhir di Tanjung Pinang pada tanggal 16-20 oktober.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengucapkan selamat datang untuk para wisatawan yachter. "Selamat menikmati bahari negara kami, dan keramahan masyarakat Indonesia," ujar Menpar Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya menyadari betul, peningkatan pelayanan menjadi mesin penggerak untuk menarik yachter dari seluruh dunia datang ke Indonesia. Sekarang sudah jauh lebih baik, tinggal klik http://yachters-indonesia.id dan mengisi form tersedia, yachter sudah bisa masuk ke Indonesia.
“Mulai dari clearance in and out, custom, Immigration Stamp Passport, karantina, dan Syahbandar harus all out membantu ini bila ingin wisata yacht Indonesia berkompetisi dengan global player lain,” pungkas Menpar Arief Yahya.
(*)