Sukses

Ahmad Fuadi: Menulis Anak Rantau Lebih Susah dari Trilogi

Setelah sukses dengan trilogi Negeri Lima Menara, penulis Ahmad Fuadi kini merilis novel barunya yang berjudul Anak Rantau.

Liputan6.com, Jakarta Setelah sukses dengan karya trilogi Negeri 5 Menara, Ahmad Fuadi kembali merilis novel barunya yang berjudul Anak Rantau. Berkisah tentang remaja kota berusia 15 tahun bernama Donwori Bihepi yang gundah karena ditinggal sang ayah di Minang, kampung halamannya. Donwori berjanji akan kembali ke Jakarta dengan uangnya sendiri.

Novel yang dalam pandangan penulis Okky Madasari lebih berwarna dari Negeri 5 Menara ini sarat dengan kritik sosial. Banyak pesan yang ingin disampaikan Ahmad Fuadi, terutama soal kampung halaman yang tidak seindah dulu, tentang peredaran narkoba yang semakin masif masuk ke desa-desa, hingga tentang polarisasi yang terjadi di masyarakat pasca- pilkada DKI.

Kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu Ahmad Fuadi mengatakan, ide membuat novel Anak Rantau tidak semudah proses pembuatan trilogi Negeri Lima Menara. Pembuatan trilogi lebih mudah karena menyangkut pengalaman pribadi Ahmad Fuadi sebagai penulis.

“Trilogi lebih gampang. Saya tinggal bayangin masa lalu, selesai. Kalau ini (Anak Rantau) agak lama. Jadi ini sebenarnya bentuk baru proses menulis yang saya alami selama ini. Karena ini ada pengamatan lingkungan masyarakat, observasi, lalu baru muncul tema,” ucap Ahmad Fuadi.

2 dari 2 halaman

Beruntung Pernah Jadi Wartawan

Dalam menulis novel barunya, Ahmad Fuadi merasa beruntung pernah berprofesi sebagai wartawan. Karena wartawan baginya mengajarkan harus bisa menulis kapan saja di mana saja.

“Saya tidak pernah mensyaratkan diri dalam kondisi tertentu untuk menulis. Itu yang saya dapat dari profesi wartawan. Karena kan jadi wartawan enggak boleh moody. Kita nulis kapan saja di mana saja. Makanya menjadi wartawan itu sebenarnya satu langkah menjadi seorang penulis,” kata Ahmad Fuadi menambahkan.