Sukses

Jangan Gengsi, Lakukan 7 Hal Ini Saat Keuangan Menipis

Keuangan menipis di akhir bulan? Segera lakukan 7 hal berikut ini.

Liputan6.com, Jakarta Yang namanya gengsi, terkadang sulit untuk diabaikan. Bahayanya lagi, Anda kerap tidak sadar tetap mempertahankan gengsi saat kondisi keuangan sedang terancam.

Sebenarnya tidak salah juga, karena gengsi pun sebenarnya bisa dimanfaatkan sebagai motivasi menjadi lebih baik dibandingkan orang lain.

Namun kalau gengsi ini sering menjadi pemicu untuk mengeluarkan uang secara berlebihan, hal ini bisa membahayakan. Sebagai contoh, gengsi dibilang miskin. Bisa jadi membuat seseorang membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan hanya supaya terlihat kaya. Kalau sudah begini, dompetlah yang merana.

Bagi para pekerja kantoran, jangan sampai kalah sama gengsi kalau tidak mau gaji hanya numpang lewat di rekening. Terapkan 7 prinsip dari DuitPintar.com ini supaya tabungan aman:

1. Tidak mudah traktir teman
Traktir teman-teman makan di restoran atau cafe kekinian memang seru dan membuat suasana kumpul-kumpul jadi menyenangkan. Budaya traktir-mentraktir biasanya dilakukan oleh mereka yang baru saja terima gaji pertama, naik gaji, dapat promosi jabatan, atau sedang ulang tahun.

Boleh saja kalau mau “syukuran” saat sedang bahagia dan ingin berbagi dengan orang-orang terdekat. Tapi ingat, ini bukan kewajiban, melainkan tradisi yang tak jarang dipaksakan.

Jangan takut dinilai pelit cuma karena jarang traktir. Sesekali boleh, tapi pilah waktu yang pas dan cek juga kondisi keuangan. Kalau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja masih pas-pasan, tak perlu dipaksakan.

2. Tak mudah meminjamkan uang
Di dunia pertemanan, yang namanya pinjam-meminjam uang memang sering tak terelakkan. Tapi, bukan berarti ini sesuatu yang wajar dan boleh jadi kebiasaan.

Saat ada teman yang pasang tampang memelas dan melontarkan seribu satu macam alasan untuk pinjam uang, jangan mudah terjebak.

Cek dulu motivasi calon peminjam, apa benar-benar untuk keperluan yang mendesak atau hanya karena mereka konsumtif?

3. Rajin bawa bekal
Siapa bilang bawa bekal makan itu cuma berlaku untuk anak TK atau SD? Walau sudah bekerja, rajin bawa bekal bukan hal terlarang. Selain lebih menghemat pengeluaran, bawa makanan dari rumah juga jauh lebih higienis.

Coba saja hitung berapa pengeluaran para pekerja kalau sudah menyangkut soal makanan. Mulai dari beli sarapan, makan siang, hingga camilan sore. Itu belum ditambah kalau ada acara nongkrong sepulang kerja.

4. Tidak latah membeli gadget

Aneka gadget terbaru memang sering membuat kita terpicu untuk menganut gaya hidup konsumtif. Apalagi model dan jenis gadget sekarang muncul begitu cepat silih berganti. Apa iya harus dibeli semua tiap ada gadget terbaru? Kalau memang gadget lama masih berfungsi dengan baik, ya tidak perlu latah beli lagi.

5. Tidak terbuai ajakan nongkrong setiap hari
Namanya juga berjiwa muda. Walau lelah seharian beraktivitas di kantor, pasti akan mengiyakan nongkrong sampai pagi kalau diajak teman-teman.

Nongkrong sekali-kali boleh saja, sekalian menyegarkan pikiran. Tapi jangan tiap hari juga. Buat apa dari luar terlihat gaul kalau kenyataannya harus utang sana-sini?

6. Tidak memiliki kartu kredit kalau belum butuh
Memiliki kartu kredit saat sudah mulai bekerja dan punya penghasilan sendiri sah-sah saja. Selama kita sudah paham benar tanggung jawab yang ada di balik penggunaan si kartu sakti ini.

Tapi kalau belum paham dan merasa belum sanggup mengatur mengatur penggunaannya, jangan nekat atau coba-coba. Bisa-bisa lebih besar pasak daripada tiang.

Dan ingat juga, bagi yang sudah punya kartu kredit, terapkan sikap untuk tidak menambah kepemilikan kartu kredit kalau memang tidak butuh. Jangan malah koleksi kartu kredit dari semua bank padahal gaji cuma cukup untuk tagihan satu kartu. 

7. Kalau habis liburan tak perlu beli oleh-oleh berlebihan
Sudah jadi tradisi orang Indonesia kalau ada teman atau kerabat yang mau pergi berlibur pasti langsung diserbu dengan pesan, “Jangan lupa oleh-oleh ya!” Ini dia yang suka membuat kita jadi gengsi tidak bawa oleh-oleh setelah liburan.

Tak perlu merasa tidak enak soal membeli oleh-oleh. Kalau memang ada anggaran keuangan lebih, ya beli saja sewajarnya dan itu pun prioritaskan untuk mereka yang benar-benar dekat dengan kita.