Liputan6.com, Jakarta Batik menjadi salah satu karya budaya yang sudah dilakukan dari ratusan tahun lalu. Banyak nilai-nilai yang terkandung didalamnya dan bisa dipelajari secara universal. Untuk itulah berbagai batik ini akan di pamerkan di NUS Museum Singapura pada 22 September 2017 hingga 31 Desember 2017.
Pameran ini berjudul “Alaws Moving” : The Batik Art of Sarkasi Said, yang menampilkan 11 karya batik unggulan dari Sarkasi Said. Seniman yang lahir tahun 1940 ini, sudah membuat karya batiknya sejak tahun 1990 dengan berbagai rasa. Gaya membatiknya yang merekam sejarah dari seniman jalanan hingga seorang pembatik, memberikan kesan berbeda dala karyanya.
Baca Juga
Mengintip Ratusan Mainan Artistik Unik di Hong Kong Art Toy Story 2024 Jakarta, Buka Peluang Kolaborasi dengan Seniman Lokal
Garin Nugroho Rilis Film Bisu Berlatar Budaya Bali, Suara Gamelan dan Musik Elektronik Bakal Diputarkan Langsung Selama Ditonton
Saat 100 Perempuan Penari Bergerak Serempak Menarikan 38 Tarian Nusantara di Festival Art ChipelaGong
Sarkasi Said melihat batik sebagai komponen utama dari kebudayaan Jawa, dan mampu bercampur dalam dunia Singapura modern. Untuk tu dalam karyanya, batik tidak hanya berfungi sebagai benda budaya, melainkan sebuah kain yang hadir untuk para penikmatnya.
Advertisement
Tradisional VS Kontemporer
Tidak hanya itu, Sarkasi juga bereksperimen dengan gaya abstrak, untuk menjawab permasalahan sosial. Mulai dari cepatnya Singapura tumbuh sebagai kota metropolitan, ketegangan sosial antara masa kini dan tradisional, hingga hilangnya beberapa nilai budaya penting.
Batik yang dihadirkan di Lee Kong Chian Temporary Gallery, NUS Museum ini juga menampilkan karya dengan proses tradisional. Meskipun hasil akhirnya merupakan kontemporer, yang menggambarkan pergeseran ketekunan menjadi ekspresi dalam sebuah kain. Tentunya, hal ini sangat lekat dengan perubahan, yang selalu bergerak setiap harinya.
Advertisement