Liputan6.com, Jakarta Indonesia Incorporated dalam memajukan pariwisata Indonesia semakin gemilang. Kali ini, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) memainkan peranannya lewat pembuatan 10 film di 10 destinasi prioritas atau biasa disebut 10 Bali Baru.
Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan (DREP) Bekraf, Abdur Rohim Boy Berawi, mengatakan bahwa sebanyak 10 sutradara dipilih untuk mengerjakan 10 film fiksi panjang yang lokasinya berpusat di 10 tempat wisata prioritas pilihan pemerintah. Seluruh proyek sedang dalam tahap awal dan akan dibawa Bekraf untuk bertemu calon investor dalam forum pendanaan film Akatara 2017.
"Program 10 film berbasis lokasi wisata ini diinisiasi pada Maret 2017 lalu oleh Badan Perfilman Indonesia (BPI) dan Bekraf. Alasannya tak lain adalah menjalankan misi pemerintah terkait penguatan sektor pariwisata dan peningkatan kunjungan turis asing hingga 2019," ujar Abdur Rohim, Selasa (19/9/2017).
Advertisement
Mereka lantas menggandeng asosiasi sutradara Indonesian Film Directors Club (IFDC) untuk memilih sutradara yang dinilai tepat dengan rencana tersebut. Para sutradara pun dikirim ke 10 destinasi tersebut untuk melakukan riset dan menyiapkan cerita yang cocok.
"Mereka menggali budaya dan potensi lokal setempat untuk dijadikan inspirasi dalam pembuatan proyek film mereka. Akan ada sinopsis film yang dibuat dalam bentuk proposal proyek film, yang nanti akan dipresentasikan dalam Akatara," ucap Abdur Rohim.
Akatara sendiri adalah program dukungan baru dari Bekraf untuk sub-sektor Film, Animasi, dan Video, berupa forum pendanaan yang akan digelar di Jakarta selama dua hari pada 15-16 November 2017. Para calon investor potensial diundang untuk menyimak 40 proyek film yang ditawarkan oleh Bekraf.
Proyek film-film berbasis tempat wisata, 10 di antaranya adalah Danau Toba di Sumatera Utara, Belitung (Bangka Belitung), Tanjung Lesung di Banten, Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Candi Borobudur di Jawa Tengah, Gunung Bromo di Jawa Timur, Mandalika Lombok (NTB), Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur, Taman Nasional Wakatobi di Sulawesi Tenggara, dan Morotai (Maluku Utara).
Seperti diketahui, istilah 10 destinasi wisata Bali baru pertama dikenalkan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya pada 2016. dengan merujuk pada skala prioritas pemerintah. Sebelumnya, Kemenpar mendukung hasil karya anak bangsa, seperti film berjudul Trinity: The Nekad Traveler (TTNT) untuk menjadi media promosi destinasi wisata Lampung.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Esthy Reko Astuti, mengatakan bahwa film-film yang mengambil latar di destinasi wisata diharapkan lebih dikenal di kalangan traveller dan mampu mendongkrak kunjungan di destinasi wisata yang disajikan.
“Apresiasi sekali kepada teman-teman Bekraf dan para sutradara. Karena kita tidak bisa bekerja sendiri untuk mengembangkan potensi pariwisata daerah. Film merupakan salah satu media yang tepat untuk berpromosi,” kata Esthy.
Ia menambahkan, setidaknya ada empat jalur yang dapat mengangkat pariwisata Indonesia yang dilakukan bersama-sama. Konsep ini dikenal ABCGM (academic, bussiness, community, government, media).
“Kita kenal di Kementerian itu, pengembangan wisata diperlukan peran akademisi, kalangan business, community seperti menggaet traveller, blogger, komunitas film, dan lainnya. Dua yang terakhir adalah goverment lewat kebijakan dan rekan media sebagai ujung tombak,” ujar Esthy.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengatakan bahwa dukungan Kemenpar terhadap film Nasional karena pariwisata dan film merupakan bagian dari ekonomi kreatif Indonesia yang tidak bisa dipisahkan.
"Kita harapkan film dan pariwisata sangat dekat. Film juga bisa mempromosikan keindahan alam Indonesia," ucap pria asal Banyuwangi tersebut.
(*)