Liputan6.com, Jakarta Keberadaan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam perannya membela kedaulatan negara punya sejarah yang panjang. Hal tersebut dibuktikan dengan hadirnya beberapa museum dan monumen di berbagai daerah yang menyajikan cerita sejarah perjuangan TNI.
Museum Mandala Bhakti yang ada di Semarang misalnya, gedung bernuansa art deco yang dibangun pada zaman Belanda sekitar 1930-an ini menyimpan sejarah seputar TNI. Di dalam museum ini terdapat banyak koleksi alutsista yang pernah digunakan TNI, beragam lukisan yang menggambarkan pertempuran, hingga diorama-diorama yang menggambarkan pakaian TNI dari masa ke masa.
Uniknya, senjata tradisional yang pernah digunakan TNI juga dipamerkan di museum ini.
Advertisement
Berlokasi di sekitaran alun-alun Tugu Muda Semarang, tepatnya di Jalan Mgr Sugiopranoto, museum yang awalnya perah digunakan sebagai Markas Kodam IV Diponegoro pada 1950-an ini, diresmikan berdiri sebagai museum pada 1 Maret 1985.
Di lantai dua museum, terdapat kendi besar bertuliskan “Kendi Manunggal TNI-Rakyat” bertanggal 5 Oktober 2003, tepat para peringatan HUT TNI. Kendi tersebut menyimbolkan perjuangan TNI yang tidak lepas dari dukungan rakyat.
Tak hanya di Semarang, bukti-bukti heroisme TNI juga ada di Surabaya. Sebagai Kota Pahlawan, Surabaya mengalami banyak peristiwa sejarah menyangkut keberadaan TNI. Peristiwa berdarah di Jembatan Merah yang menewaskan Brigjen Mallaby salah satunya.
Peristiwa yang berimbas pada ultimatum pihak sekutu sehingga pecah pertempuran “10 Nopember” ini membuktikan keberanian TNI bersama arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan kemerdekaan. Untuk mengenang perjuangan tersebut, dibangunlah Monumen dan Museum Tugu Pahlawan. Berlokasi di depan Kantor Gubernur Jawa Timur, tepatnya di Jalan Pahlawan, museum ini menyimpan beberapa senjata sungguhan yang pernah digunakan tentara dan arek-srek Suroboyo. Uniknya, di museum ini juga tersimpan rekaman asli pidato Bung Tomo yang menggelorakan semangat berjuang.
Monumen Kapal Selam yang ada di Jalan Pemuda 29, Surabaya, juga menjadi napak tilas kehebatan TNI. Monumen yang berbentuk kapal selam asli buatan Rusia yang diberi nama KRI Pasoepati ini punya cerita sejarah betapa tangguhnya TNI. Mulai dari menghancurkan garis lintas musuh, mengadakan pengintaian, hingga melakukan silent raids, pernah dilakukan kapal selam ini.
Dengan panjang kapal mencapai 76 meter dengan lebar 6,3 meter, monumen ini terdiri dari 7 ruangan. Mulai dari ruang persenjataan, ruang terpedo, ruang istirahat ABK, hingga ruang pantau. Uniknya alat pantau kapal selam masih berfungsi dan bisa digunakan pengunjung untuk melihat di sekitaran Jalan Pemuda.
Masih di Surabaya, tepatnya di Jalan Yos Sudarso, Genteng, terdapat monumen berbentuk patung Jenderal Soedirman. Monumen yang diresmikan berdiri oleh Presiden Soeharto ini menggambarkan sosok Jenderal Besar Soedirman lengkap dengan pakaian tentara dan senjata yang disandangnya. Di bagian lain monumen terdapat prasasti bertuliskan kata-kata mutiara yang pernah diucapkan sang jenderal besar, salah satunya adalah "Ingat, bahwa prajurit Indonesia bukanlah prajurit sewaan, dan bukan prajurit yang menjual tenaganya karena hendak merebut sesuap nasi."