Liputan6.com, Jakarta Setiap pasangan tentu memiliki berbagai impian bersama dalam pernikahan, mulai dari memiliki anak hingga berlibur bersama keluarga. Tiap pasangan kekasih memiliki daftar prioritas sendiri yang bisa berbeda dengan pasagan lainnya. Namun demikian, pasti semua pasangan menginginkan agar hubungannya langgeng hingga akhir hayat memisahkan.
Saat menikah, sepasang kekasih saling berjanji untuk memegang komitmen hingga tetap dapat terus bersatu dalam menjalani bahtera rumah tangga. Perceraian mungkin menjadi momok menakutkan dalam kehidupan rumah tangga. Akan tetapi, satu yang perlu masing-masing pasangan sadari ialah bahwa risiko perceraian akan selalu ada.
Baca Juga
Sedihnya, saat ini perceraian bahkan tampak semakin lumrah. Kenapa bisa seperti itu? Hal ini yang berusaha dijawab profesor psikologi sosial Eli Finkel dari Northwestern University dalam bukunya yang berjudul “The All-or-Nothing Marriage”. Melansir halaman The Atlantic pada Selasa (10/10/2017), Finkel menyatakan bahwa satu hal yang kerap mendorong terjadinya perceraian dalam hubungan pernikahan saat ini adalah tuntutan yang tidak realistis.
Advertisement
Tips Pernikahan
Menurutnya, kebanyakan pasangan saat ini kerap menuntut hal-hal yang berlebihan dan menimbulkan tekanan. Ketika masing-masing gagal dalam memenuhi ekspektasi-ekspektasi tersebut, di saat itulah biduk rumah tangga mulai goyah. Finkel menyarankan agar tiap pasangan melakukan refleksi ke dalam diri mengenai tuntutan yang selama ini mereka berikan.
“Berpikirlah tentang apa yang sebenarnya Anda cari dari sebuah hubungan. Kemudian putuskan apakah harapan Anda itu realistik atau tidak. Bercerminlah tentang diri Anda, pasangan Anda, dan hubungan Anda dan pasangan. Jika berhasil menentukan tujuan bersama, Anda dapat bertanya tentang bagaimana cara untuk menggapainya secara bersama-sama,” jelas Finkel.
Bio In God Bless