Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 21 perupa Indonesia dan perupa Eropa menampilkan karya seni apik dalam pameran bertema “Power and Other Things” (POT) di Festival Seni Internasional Europalia. Acara ini berlangsung sejak 17 Oktober 2017 hingga 21 Januari 2018 di Galeri Seni Bozar, Brussels, Belgia.
Masa kolonialisme Belanda dan Jepang, peranan perempuan hingga imigrasi adalah tema yang dipilih para seniman untuk menggambarkan pemahaman mengenai Indonesia dari sisi kontemporer.
Baca Juga
Mengintip Ratusan Mainan Artistik Unik di Hong Kong Art Toy Story 2024 Jakarta, Buka Peluang Kolaborasi dengan Seniman Lokal
Garin Nugroho Rilis Film Bisu Berlatar Budaya Bali, Suara Gamelan dan Musik Elektronik Bakal Diputarkan Langsung Selama Ditonton
Saat 100 Perempuan Penari Bergerak Serempak Menarikan 38 Tarian Nusantara di Festival Art ChipelaGong
Kurator pameran, Riksa Afiaty dan Charles Esche dalam laman resmi Seni Internasional Europalia mengungkapkan dalam rilis yang diterima oleh tim liputan6.com Kamis (19/10/2017), pameran buka dengan hadirnya karya tiga perupa abad ke-19 yakni Raden Saleh, Jan Toorop, dan Emiria Sunarsa.
Advertisement
“Raden Saleh adalah pelukis pertama Indonesia yang meninggalkan negaranya dan menerima pendidikan Eropa di Belanda. Ia kemudian kembali ke Indonesia untuk memahami identitas gandanya. Di sisi lain, Jan Toorop adalah pelukis kelahiran Indonesia yang hijrah ke Belanda tetapi terus berhubungan dengan negaranya. Kemudian Emiria, setelah sempat tinggal di Brussels, ia menghabiskan seluruh hidupnya di Indonesia, memimpikan pendidikan yang lebih maju di Belanda. Dengan cara berbeda, seniman-seniman itu hidup dalam ketegangan kolonialisme, baik di Indonesia maupun di luar negeri,” ujar CharlesEsche.
Tak ketinggalan, lukisan dan sketsa dari koleksi Istana Kepresidenan, Galeri Nasional Indonesia, OHD Museum, Galeri Nasirun, dan S.Sudjojono Center juga hadir di ini.
Karya instalasi baru dari para perupa lintas generasi Indonesia seperti FX Harsono, Agung Kurniawan, Mella Jaarsma, Saleh Husein, Maryanto, Antariksa, Dea Aulia Widya evan, Leonardiansyah Allenda, Lifepatch, Timoteus Anggawan Kusno dan Octora Chan ikut memeriahkan festival ini.
Pemerintah Indonesia berupaya maksimal untuk menjadi fasilitator yang baik
Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nadjamuddin Ramly menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia berupaya maksimal untuk dapat menjadi fasilitator bagi para perupa dan pekerja seni Indonesia untuk tampil di panggung internasional.
“Kedepannya seniman Indonesia diharapkan bisa mendapatkan kesempatan lebih banyak lagi dalam ajang yang bergengsi di tingkat dunia. Pemerintah Indonesia juga bisa lebih siap untuk memfasilitasi seniman-seniman terbaik dari seluruh penjuru negeri.
Simposium Internasional
Salah satu mata acara penting dalam rangkaian pameran ‘Power and OtherThings” ini adalah simposium internasional bertajuk “Lupa Lupa Ingat: Imperial Zombies, Modern Vampires and Contemporart Ghosts”.
Simposium ini akan diselenggarakan di Royal Museum for Central Africa, Brussels pada 19 Oktober2017. Simposium akan membahas sejarah konflik di Indonesia dan bagaimana kaitannya dengan sejarah pasca kolonialisme.
Advertisement