Sukses

Satai Kere Kaki Lima Jadi Pilihan Menu Pernikahan Kahiyang

Pernikahan putri Presiden Joko Widodo, Kahiyang Ayu, sebentar lagi digelar. Satai kere jadi menu pilihan saat resepsi pernikahan.

Liputan6.com, Jakarta Satai kere, kuliner khas Solo, bakal jadi salah satu sajian yang dihidangkan dalam pernikahan putri Joko Widodo, Kahiyang Ayu, dan Bobby Nasution. Keluarga Presiden telah memesan sebanyak 4.000 porsi satai kere untuk acara pernikahan yang digelar 8 November 2017 mendatang.

Keluarga Presiden telah memilih Sate Kere Widuran untuk pilihan menu dalam acara Jokowi mantu. Warung satai kere yang berada di Jalan Arifin, Kepatihan Wetan, Jebres, memang telah lama dikenal memiliki cita rasa khas yang lezat, meski warungnya hanya berbentuk kaki lima.

Tempat boleh kaki lima, tapi satai kere milik Tugiyem dan kakaknya, Ngatmi, ini selau ramai dengan pembeli. Salah satu keunggulan dari satai kere ini adalah rasanya yang pas dan tempe gembusnya lebih kering. Setiap hari, Ngatmi bisa menjual sekitar 400-600 porsi satai kere.

Ngatmi menjelaskan, keluarga Jokowi, dalam hal ini diwakili Gibran Rakabumi Raka, telah memesan satai sejak beberapa waktu lalu. Sate Kere Widuran memang kerap menjadi langganan keluarga Jokowi.

"Biasanya Mas Gibran yang pesan. Memesannya biasanya ke adik saya namanya Tugiyem dan Ahmad Marimin. Kita jualannya di sini gantian. Kalau adik saya libur, saya yang jualan. Kalau adik saya jualan di sini, saya jualan di daerah Mesen," kata Ngatmi, Senin, (23/10/2017).

Keluarga Jokowi sendiri telah memesan sebanyak 4.000 porsi satai kere. Ribuan porsi itu dibagi dua, yakni untuk bagian prosesi pada siang dan malam hari. Satu porsi satai isinya tujuh tusuk satai, terdiri atas daging sapi, jeroan, kikil, ginjal, tempe kedelai, dan tempe gembus. "Nanti disajikan dengan lontong dan disiram bumbu kacang," kata Ngatmi.

Saat pernikahan Kahiyang nanti, ia bersama adiknya akan membawa sepuluh tenaga untuk membantu menyiapkan satai kere. Mereka akan dibagi tugas, mulai dari yang motong lontong dan bakar satai. "Jadi di sana (tempat resepsi) satainya sudah rebusan, tinggal dibakar," tuturnya.

Ngatmi sudah berjualan satai kere selama setengah abad. Awalnya ia dan sang adik berjualan keliling kampung. Ia biasanya menjajakan di sekitar kelurahan Jagalan dan Purwodiningratan. "Sekarang harganya satu porsi Rp 25 ribu," ucapnya.

Sedikit bercerita, awal kemunculan satai kere. Ngatmi berpendapat, satai dahulu merupakan langganan orang yang sudah "uzur". Dengan berbahan tempe kedelai dan tempe gembus, orang lanjut usia itu gampang mengunyahnya.

"Sekarang sudah bukan satai kere namanya. Sudah jadi satai kaya. Karena belinya beragam. Sate Kere enak rasane, larang regane (satai kere enak rasanya, tetapi harganya mahal)," ujarnya sambil terkekeh.Â