Sukses

Intip Cara Vietnam Menjaga Keutuhan Tempat-tempat Bersejarah

Vietnam memiliki strategi khusus demi menjaga tempat-tempat bersejarah, agar tetap nyaman dan menarik untuk dikunjungi wisatawan.

Liputan6.com, Jakarta Museum dan sejumlah tempat bernilai sejarah merupakan santapan wajib peserta Indonesia's Outbound Travel Agents Fam Trip 2017. Semua tempat yang mereka kunjungi sesuai tema dari Vietnam National Administration of Tourism (VNAT), yaitu Vietnam Heritage Sites 2017.

 
Belum sempat menjajal habis setiap sudut kota Da Nang dan Hoi An, para peserta yang rata-rata pemilik biro perjalanan wisata dari Jakarta, Bekasi, Jambi, Bandung, dan Bali sudah harus geret koper dan pindah ke Hue. Salah satu kota di Vietnam yang terletak di bagian timur. Jarak tempuh dari kota Hoi An kira-kira tiga jam lewat jalur darat.
 
 
Royal Citadel sudah tentu menjadi agenda kunjungan yang dinanti. Komplek benteng kerajaan yang didirikan Dinasti Nguyen dari 1805 sampai 1945, merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Operator penyedia jasa tur (line operator/vendor/suplier) di Vietnam seperti Golden Tour pun menjadikan tempat bersejarah wajib yang harus dipromosikan.
2 dari 2 halaman

Royal Citadel

Salah seorang peserta yang langsung jatuh hati sama tempat ini adalah Nilawaty. Ibu enam orang anak ini baru pertama kali menginjak Royal Citadel di Hue City, Vietnam. Selesai melihat sudut demi sudut sejumlah bangungan penting di komplek ini, ia tak menyangka bahwa Vietnam punya komplek kerajaan yang tak kalah keren dari Beijing maupun Korea. 
 
"Takjub. Tempat ini begitu luas dan terawat. Tampak negara ini amat menghargai monarki lama. Warisan dunia ini benar-benar terjaga," kata Nilawaty.
 
Nilawaty sudah pernah ke tempat serupa Royal Citadel Hue di Beijing. Suasana antara ke dua tempat ini hampir-hampir mirip. Sama-sama komplek kerajaan yang luas tapi tak membuat semangat para turis menurun untuk melihat isi dari bangunan tersebut. 
 
Maklum, tempat berserajah yang pernah menjadi sasaran bom ini, memiliki luas yang rasa-rasanya membuat para turis "pemalas" keburu capai melanjutkan jalan. Padahal kalau mau sabar sedikit saja, ada semacam mobil golf yang bisa disewa untuk mengantar mereka ke sejumlah bangunan penting di area belakang. 
 
"Kalau saya justru senang di sini. Banyak pelajaran yang bisa saya dapat," kata Nilawaty.
 
Menurut direktur tour and travel PT Gentala Harmoni Wisata ini, meski luas tapi Royal Citadel Hue ini amat terawat. Banyak pepohonan, bunga, dan rumput tumbuh subur di sana. Sehingga para turis seperti dirinya merasa tidak kepanasan. 
 
Buat para turis yang gemar mengabadikan suatu tempat, harus sedikit menahan napas karena di sini dilarang untuk foto-foto. Akan tetapi bagi Nila itu bukan suatu masalah, karena tak ada salahnya juga mengikuti peraturan yang mereka buat. 
 
"Kalau memang tidak boleh, kita ikuti saja, kita harus patuh," ujar Nilawaty yang kemungkinan besar bakal kembali ke sana bersama anak-anaknya. Dia ingin generasi muda Indonesia belajar dari negara lain bagaimana menjaga warisan dunia dan peninggalan sejarah dari suatu bangsa. 
 
"Dari sini saja kita jadi tahu bahwa Vietnam bukan sekadar korban dari perang saja, tapi mereka punya sejarah dan kebudayaan yang bagus juga," kata Nilawaty. 
 
 
Di Indonesia banyak Kesultanan yang bangunan peninggalannya mirip dengan area Kekaisaran di Vietnam dan sejumlah negara lain. Seperti Kesultanan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Cirebon. Hanya sayang, tempat-tempat peninggalan sejarah seperti itu justru dipenuhi dengan rumah penduduk dan penuh dengan orang berjualan. 
 
"Di sini benar-benar bersih, termasuk bersih dari sampah. Tidak ada orang-orang yang berjubel menjajakan jajanan. Karena itu yang membuat turis asing nyaman," kata Nilawaty.
 
"Nyaman karena tidak pernah diganggu (dalam arti) orang-orang menawarkan jasa becak. Seharusnya mereka diam, menunggu tamu yang datang, bukan maksa yang membuat turis jadi tak nyaman," kata Nilawaty menekankan.