Liputan6.com, Kulon Progo Jika Anda seorang petualang dan ingin menikmati sensasi wisata menembus hutan pinus dengan kendaraan offroad 4x4, maka anda harus mencoba sensasi wisata yang ditawarkan Nglinggo Adventure Hill. Nglinggo Adventure Hill merupakan operator offroad di Rimbono Homestay yang berada di Desa Wisata Nglinggo, Desa Pagerharjo, Samigaluh, Kulon Progo, DI Yogyakarta.
Pilihan paket yang mereka tawarkan pun beragam. Pilihan pertama, rute pendek ke Bukit Ngisis. Di sana, wisatawan akan diajak menikmati hamparan kebun teh dengan harga Rp 200 ribu per jeep berisi 3 orang. Kedua, ada pakert rute sedang dengan jarak tempuh selama 2-4 jam, kisaran harga Rp 500 ribu. Ketiga, rute panjang jarak tempuh antara 4-6 jam dengan harga Rp 700 ribu. Terakhir, paket ekstrem menyusuri hutan pinus seharian.
Karakteristik trek offroad-nya sendiri dijamin seru. Mulanya jeep masuk menyusuri hutan dengan jalur seukuran badan mobil saja, lalu bertemu dengan tanjakan tujuh, yaitu tanjakan dengan bentuk seperti angka tujuh.
Advertisement
Setelah melintas tanjakan tujuh, mobil melintas dengan trek miring yang membuat Anda sudah pasti berpegangan erat. Ada juga tanjakan patriot yang memiliki sudut kemiringan 45 derajat.
Tidak hanya itu, selanjutnya anda akan melewati turunan Pasrah. Disebut turunan pasrah, karena jika musim hujan sudah pasti licin dan harus pasrah menyerahkannya kepada pengemudi.
Pemilik Rimbono Homestay yang juga Koordinator Pemasaran Desa Wisata Nglinggo, Melkey Binaro, mengatakan bahwa trek ini mulai dibuka pada awal 2014. Awalnya, trek ini hanya digunakan oleh para pecinta olahraga offroad.
"Tapi kebetulan banyak tamu yang menginap dan ingin mencoba, akhirnya mereka menyebarkannya lewat media sosial. Dari situ terus berkembang sampai akhirnya resmi dipergunakan untuk wisata sejak 2015," ujar Melkey.
Ia pun berharap seiring dengan rencana pemerintah daerah membuka jalur Bukit Menoreh, akan semakin banyak masyarakat yang turut serta menghidupkan atraksi wisata ini.
"Harapan ke depannya mobil jeep tidak perlu mengundang dari tempat lain. Pemuda-pemuda desa di sini bisa mengambil jeep sendiri. Syukur-syukur pemerintah mau memfasilitasi supaya pemuda dan masyarakat di sini bisa lebih mandiri,” ucap Melkey.
Wakil Bupati Kulon Progo, Sutedjo, saat menyambut rombongan Press Tour Forum Wartawan Pariwisata (Forwapar) beberapa waktu lalu mengatakan, jalur Bedah Menoreh akan memiliki panjang 60 kilometer. Jalur ini menjadi salah satu akses menuju destinasi prioritas pariwisata, Candi Borobudur dari Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA).
"Jalur yang membelah perbukitan menoreh (Bedah Menoreh) sudah dilakukan sejak tahun 2016 kini baru selesai sepanjang sembilan kilometer," kata dia.
Sutedjo melanjutkan, nantinya tidak hanya warga Kulon Progo yang akan menikmati jalur Bedah Menoreh. Warga yang dilintasi jalur ini juga bisa memanfaatkannya dengan membuat atraksi wisata di daerahnya.
"Jalur Bedah Menoreh tersebut akan menyentuh desa-desa yang terdapat obyek wisata, antara lain ada Waduk Sermo, Kali Biru, Kedung Pedut, Goa Kiskendo, Sendratari Sugirwo Subali, Kebun Teh Tritis, Suroloyo, Sendang Sono, hingga Samigaluh," ujarnya.
Kepala Dukuh Nglinggo Barat, Kecamatan Samigaluh, Teguh Kumoro, mengatakan bahwa masyarakat sangat antusias dengan keberadaan jalur Bedah Menoreh. Ia menyebut akses tersebut akan melintasi desanya sehingga bisa meningkatkan jumlah kunjungan ke kawasan desa wisata Nglinggo.
“Warga sangat atusias, tentunya diuntungkan dengan jalur tersebut. Untuk itu kami terus membenahi serta memperbaiki sarana dan prasarana pendukung di Desa Wisata Nglinggo, khususnya atraksi serta infrastruktur,” ucapnya.
Teguh juga menyebut, saat ini desa wisata Nglinggo terus berbenah. Berbagai atraksi terus dipersiapkan bagi wisatawan, seperti belajar Tari Lengger, melihat proses pembuatan teh, dan pembuatan kopi.
"Bagi wisatawan yang live in di homestay, bisa belajar membuat teh dan kopi mulai dari cara memetik hingga dihidangkan. Juga belajar nari Lengger sekaligus ikut pementasan," kata dia.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengapresiasi kehadiran komunitas dan masyarakat dalam mengembangkan sektor pariwisata di daerahnya. Selama ini detak wisata di Yogyakarta tidak pernah mati, juga salah satunya berkat kegigihan dari masyarakat dan komunitas.
“Peran masyarakat sungguh luar biasa, inisiatif masyarakat sekitar muncul dan jenis–jenis pariwisata yang di tawarkan semakin beragam mulai dari wisata alam, budaya, hingga sejarah," ujar Arief.
Untuk itu, ia mendorong pemerintah setempat untuk dapat memberi perhatian dan dukungan. Kementerian Pariwisata (Kemenpar) sendiri akan mendukung pemerintah daerah yang menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan.
"Pengembangan inovasi serta kreativitas untuk menunjang ragam destinasi serta acara wisata tidak perlu meniru daerah lain, melainkan mengacu pada potensi alam serta budaya yang dimiliki Yogyakarta," ucap Arief.
(*)