Liputan6.com, Jakarta Sudah seharusnya kita melestarikan kekayaan Indonesia, termasuk kain tenun hasil kerajinan perajin nusantara. Hal itu yang dilakukan desainer etnik sekaligus istri Wali Kota Parepare Erna Rasyid Taufan.
Erna yang juga Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Parepare 2013-2018 merasa bertanggung jawab mengembangkan potensi tenun yang ada di daerahnya. Ia pun mengenalkan busana muslimah hasil rancangannya dari tenun Toraja.
Koleksi busana muslimah tenun Toraja didominasi warna orange, merah muda, dan hitam yang dipamerkan di panggung Indonesia Ethnic Fashion Week 2017. Menyasar anak muda, ia pun menyesuaikan rancangan dengan model kekinian.
Advertisement
“Kalau anak muda suka rancangan etnik, memang harus mengikuti zaman. Tapi khusus untuk perempuan muslimah, saya fokus pada rancangan berbusana muslim,” ujar Erna usai memamerkan koleksinya di Indonesia Ethnic Fashion Week 2017, di Assembly Hall, JCC, Jakarta, akhir pekan lalu.
Selain tenun Toraja, ia juga menambahkan busana rancangannya dengan aksesori kerang yang dijahit pada bagian dada. "Ini kerang hasil laut di Parepare karena lokasinya dekat pesisir. Selain unik, kerang juga menonjolkan limbah laut di Parepare, Sulawesi Selatan," lanjutnya. Dalam gelaran Indonesia Ethnic Fashion Week 2017, Ketua Komunitas Desainer Etnik Indonesia (KDEI) Raizal Boeyoeng Rais juga memberi apresiasi kepada Erna, khususnya Kota Parepare. Ia mendapatkan Fashion Award, sebagai bentuk dukungan memajukan fashion di daerahnya.
Desainer Etnik Mahdalia Makkulau
Selain Erna, ada Mahdalia Makkulau, desainer etnik lain yang ikut melestarikan potensi daerahnya. Pemilik butik Luthfiah ini juga mengenalkan kekayaan alam seni tradisi leluhur ratusan tahun silam dan masih terjaga sampai saat ini. Salah satunya tradisi menenun yang dikenal dengan tenun ikat Sekomandi.
“Ini tenun tertua. Orang-orang, tahunya ini dari Toraja, padahal bukan. Ini dari Mamuju, Sulawasi Barat. Dari 2012 sampai sekarang, saya terus angkat tenun ikat Sekomandi. Bahan dari kapas, diikat dan dipintal,” ujarnya saat ditemui di acara yang sama.
Sekomandi, tenun ikat dengan motif tertua di Indonesia berasal dari dua kata. Seko, yang berarti persaudaraan atau kekeluargaan, dan Mandi, berarti kuat atau erat. Sayangnya, regenerasi penenun ikat Sekomandi mulai berkurang.
“Padahal motif dan ceritanya ada sejarahnya. Kali ini, saya menampilkan pakai motif Ulu Karua, yang artinya 7 bersaudara adalah penenun. Untuk tren 2018 ini saya menonjolkan warna hitam dan putih dari warna alam," tutupnya.
Advertisement