Liputan6.com, Jakarta Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY) memberikan Lifetime Achievement Award kepada dua orang seniman yang punya dedikasi, komitmen, kontribusi, prestasi, dan reputasi unggul dalam menjalankan profesinya. Kedua orang tersebut antara lain Wiyadi dan Sunaryo.
Advertisement
Wiyadi dikenal (70), dikenal sebagai guru seni rupa yang terus produktif melukis dengan tema wayang beber pada media kaca dan kanvas dalam berbagai ukuran. Wiyadi juga pernah mendapat penghargaan sebagai Pakai Seni Tradisional Wayang Beber dari Universitas Negeri Yogyakarta (1994), dan pengharggaan dari Sinar Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (1992 dan 1993). Karya-karya Wiyadi dikenal punya daya pikat yang kuat karena ketekunan dan pengetahuannya pada seni tradisional yang mendalam.
Sedangkan Sunaryo (70) merupakan perupa yang juga mengajar di ITB Bandung. Sunaryo menjadi penting dalam dunia seni rupa Indonesia karena hanya dirinya yang mampu menjelajahi medium, teknik, dan presentasi, ulang-alik antara dwimatra dan trimatra.
Berbagai penghargaan juga diterima Sunaryo dari berbagai institusi, baik dari dalam maupun luar negeri. Akademi Jakarta pernah memberikan penghargaan pada November 2017.
Sunaryo juga dikenal sebagai orang yang menginisiasi pembangunan ruang publik untuk pameran, diskusi, dan pertunjukan seni yang kini dikenal banyak orang dengan sebutan “Selasar Seni Sunaryo”. Di ruang publik tersebut, tiap seniman bisa belajar dan melakukan gladi kreativitas sambil berdiskusi.
Daftar Penerima Penghargaan
Lifetime Achievement Award 2017 yang dipersembahkan kepada dua seniman tersebut diberikan bersamaan dengan penyelenggaraan Biannale Jogja XIV. Sepanjang sejarah, Biannale Jogja telah memberikan penghargaan ini kepada beberapa seniman tanah air.
Pada 2005, penghargaan diberikan kepada Shidarta Soegijo dan Sukasman. Kemudian berturut-turut pada 2007 penghargaan diberikan kepada Sedarso dan Edhi Soenarso. Pada 2009 diberikan kepada Kartika Affandi dan Soenarto Pr. Pada 2011 diberikan kepada Djokopekik, sedangkana pada 2013 penghargaan diberikan kepada Moelyono, dan pada 2015 diberikan kepada Jim Supangkat.
Advertisement