Sukses

Pertama di Indonesia, Museum MACAN Hadirkan Pameran Yayoi Kusama

Karya-karya seniman Jepang, Yayoi Kusama akan dipamerkan untuk pertama kali di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Setelah sukses di berbagai negara, pameran seni rupa “Yayoi Kusama: Life Is The Heart of Rainbow” akan ditampilkan di Museum Seni Modern dan Kontemporer di Nusantara (Macan) pada 12 Mei-9 September 2018.

Menampilkan lebih dari 130 karya, pameran ini berfokus pada perkembangan artistik Yayoi Kusama selama hampir 70 tahun berkarya sejak era 1950-an. Dari ukuran data tersebut, pameran Yayoi ini menjadi terbesar yang pernah digelar di Indonesia, karena juga menggambarkan kreativitas sang seniman dan periode-periode penting dalam karier dan hidupnya.

Museum Macan menjadi lokasi ketiga pameran yang sebelumnya sudah pernah ditampilkan di National Gallery Singapore (NGS) dan Queensland Art Gallery | Gallery of Modern Art  (QAGOMA). Ini menjadi kesempatan terakhir bagi penikmat seni regional maupun gobal untuk bisa menyaksikan langsung beragam karya artistik seniman asal Jepang tersebut.

 

 

2 dari 3 halaman

Dunia Imajinatif Yayoi Kusama

Terkait hal ini, Aaron Seeto Direktur Museum Macan dalam jumpar pers pembukaan pameran tersebut mengatakan, melihat dan merasakan langsung beragam ekspresi Yayoi Kusama menjadi pengelaman yang luar biasa. Pengunjung dapat mengakses dunia, metode, ide, dan insprasisang seniman. Yayoi Kusama adalah fenomena dalam dunias eni kontemporer dunia.

“Kami persembahkan dengan bangga pameran berkaliber internasional ini untuk masyarakat Indonesia. Saya mengajak semua orang untuk mengapresiasi pameran ini,” ungkap Aaron Seeto.

Setidaknya ada empat fase dalam kehidupan Yayoi yang bisa dijelajahi penikmat seni di dalampameran ini, antara lain Early Works, Infinity Nets, Experiments in Japan, My Eternal Soul, dan Love Forever.

 

3 dari 3 halaman

Yayoi dalam Empat Fase

Karya-karya dalam Early Works menggembarkan masa-masa awal seorang Yayoi dalam dunia seni komtemporer. Lingkungan rumah dan masyarakat Jepang  yang kala itu dalam pemulihan pasca bom atom Hiroshima dan Nagasaki di Perang Dunia II berdampak langsung bagi psikis seorang Yayoi Kusama. Hal tersebut bisa dilihat dari berbagai karya-karyanya di fase ini.

Pada bagian Infinity Nets, penikmat seni akan melihat beragam karya Yayoi dalam sentuhan yang berbeda, yaitu karya awal di atas kertas, dari monokrom putih dan berwarna di atas kanvas, hingga lukisan multi-panel.

Sedangkan pada bagian Experiments in Japan menampilkan karya-karya Yayoi setelah meninggalkan Amerika Serikat untuk belajar lebih dalam tentang seni kontemporer. Pada bagian ini, karya Yayoi cenderung bereksperimen dengan sentuhan berbagai materi, termasuk teknik kolase dan seni grafis.

Fase terakhir yaitu My Eternal Soul, Yayoi menampilkan berbagai bentuk figuratif dan abstrak. Untuk menciptakan berbagai lukisan ini, sang seniman meletakkan kanvas di atas meja dan bekerja dalam posisi duduk, untuk kemudian secara bertahap memenuhi kanvas dari segala penjuru.

Polkadot, jaring, dan labu menjadi unsur yang tidak bisa dilepaskan dalam karya-karya Yayoi, yang secara menarik dapat dihubungkan dengan tubuh dan konsepnya tentang pengaburan diri, juga pendekatan uniknya pada ruang.