Liputan6.com, Jakarta Menjelang gelaran akbar pesta olahraga Asian Games 2018, Lapangan Banteng berubah wujud menjadi tempat yang instagramable. Banyak fasilitas baru yang melengkapi keindahan taman kota yang berkokasi di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat ini.
Lebih dari sekadar taman kota, Lapangan Banteng yang awalnya dikenal dengan nama Waterlooplein juga punya catatan sejarah yang panjang.
Menurut catatan De Haan tahun 1935, Lapangan Banteng beberapa kali berpindah kepemilikan. Saat JP Coen datang Indonesia dan membangun Batavia, kawasan ini masih berupa hutan belantara. Pada 1632, kawasan ini dimiliki Anthony Paviljoen kemudian diberi nama Lapangan Paviljoen.
Advertisement
Tempat Beternak Sapi
Paviljoen kemudian menyewakan beberapa lahan miliknya kepada orang Tiongkok untuk ditanami tebu dan sayur-sayuran. Sementara dirinya sendiri, hanya menyisakan hak untuk beternak sapi.
Pada masa-masa berikutnya, Lapangan Banteng sempat dimiliki oleh seorang anggota Dewan Hindia, yang bernama Cornelis Chastelein. Di bawah kepemilikannya, Chastelein memberi nama lapangan ini dengan sebuat Waltevreden. Setalah bebrganti-ganti kepemilikan, termasuk Justinus Vinck, tanah Weltevreden menjadi milik Gubernur Jenderal van der Parra.
Pada awal abad ke-19, Weltevreden semakin berkembang. Di sekitarnya banyak dibangun gedung. Hingga di pertengahan abad itu, Lapangan Banteng menjadi tempat berkumpulnya golongan elite Kota Batavia. Tipa sore menjelang malam selalu digelar pertunjukan musik yang ditonton kalangan elite Jakarta.
Advertisement
Lapangan Singa
Menurut buku “Asal-usul Nama Tempat di Jakarta” karya Rachmat Ruchiat, pada masa pemerintahan kolonial Belanda, Lapangan Banteng disebut dengan Lapangan Singa. Sebutan tersebut dipakai karena di tengah lapangan tersebut terpancang tugu peringatan kemenangan peran di Waterloo dengan patung berbentuk singa di bagian tengahnya. Namun tugu ini dirobohkan saat Indonesia diduduki Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, nama Lapangan Singa diganti dengan sebutan Lapangan Banteng. Selain pertimbangan nasionalisme, mengingat Singa erat kaitannya dengan simbol penjajah, nama Lapangangan Banteng dipakai juga dengan pertimbangan bahwa di kawasan ini dahulu banyak dijumpai satwa liar, seperti macan, kijang, dan banteng.
Kini wajah Lapangan Banteng berubah total karena sudah disempurnakan dengan beragam fasilitas, antara lain lapangan bola, jogging track, lapangan voli, lapangan basket, dan spot foto yang sangat instagramable.
Namun ada satu hal yang tidak berubah dan masih berdiri tegak di kawasan Lapangan Banteng, yaitu Monumen Pembebasan Irian Barat, sebuah monumen untuk mengenang para pejuang Trikora dan masyarakat Irian Barat yang tetap ingin bersatu dalam NKRI. Irian sendiri merupakan akronim dari Ikut Republik Indonesia Anti-Nederland.