Sukses

Micro-Cheating, Selingkuh Secara Virtual yang Tengah Marak Terjadi

Apakah mencari rasa nyaman dengan orang lain yang bukan pasangan di dunia maya, atau micro-cheating akan menjadi modus perselingkuhan selanjutnya?

Jakarta Kebanyakan wanita Khawatir pasangannya akan selingkuh dalam hubungan yang sedang dijalani. Apalagi sebuah studi menunjukkan bahwa sekitar 23% laki-laki dan 12% perempuan yang sudah menikah pernah berhubungan intim dengan orang lain yang bukan pasangannya.

Pada studi lain yang diterbitkan di tahun 2015 dalam Journal of Sexual and Marital Therapy dan berdasarkan wawancara dengan tujuh pasangan penasihat di Inggris, ditemukan berbagai macam hal yang mendekati atau bisa digolongkan perselingkuhan. Mulai dari sexting (mengirim pesan dengan konten sexuil/chat) sampai hubungan seksual langsung.

Hasil studi ini menyatakan bahwa sebuah perilaku dapat dikategorikan perselingkuhan tergantung dari perspektif sebuah pasangan dalam melihatnya. Dan di tengah berbagai studi soal selingkuh, muncul istilah baru yaitu Micro-cheating. Micro-cheating sendiri sudah sering terjadi dalam kehidupan percintaan seseorang atau bahkan dalam kehidupan percintaan kita sendiri.

Dilansir dari Time, menurut Lindsey Hoskins, terapis spesialis pasangan di Maryland, micro-cheating mengacu pada perilaku ‘saling menggoda’ yang dilakukan antara dengan perasaan atau tidak dengan perasaan.

Dari beberapa sumber yang FIMELA dapat, micro-cheating merupakan hal yang tidak terlalu terhilat (tapi dilakukan dengan sadar) dan membuat seseorang terpaut secara emosional bahkan sampai fisik dengan orang lain yang bukan pasangannya. Tapi kembali lagi, menurut Hoskins, micro-cheating ini bisa memliki arti yang berbeda ketika dilakukan pada momen yang berbeda, pada orang yang berbeda dan dalam hubungan yang berbeda pula. Jadi bisa dikatanya hal ini tidak selalu dikatagorikan selingkuh, tergantung kondisinya.

2 dari 3 halaman

Kapan seseorang melakukan micro-cheating?

 

Jawabannya tentu lewat aktivitas virtual. Saat mulai berkenalan dengan orang asing lewat Tinder misalnya, lalu berlanjut ke percakapan yang saling menggoda, dan sebagainya yang bisa dibilang di luar batasan. Hoskins juga mengatakan beberapa micro-cheating bisa dilihat dari frekuensi mengirim pesan atau berkomunikasi lewat sosial media yang dilakukan dengan menggunakan ‘perasaan’.

 

3 dari 3 halaman

Bagaimana mengatasi micro cheating?

Micro-cheating sangat berpotensi menjadi perselingkuhan yang sesungguhnya. Cara mengatasinya tidak sulit. Menurut Hoskins, kita harus memiliki komunikasi yang aktif dengan pasangan. Sebuah pasangan harus menentukan apa yang menjadi batasan-batasan dalam hubungan mereka sebelum timbuh permasalahan. Hal ini dapat membantu cegah perselisihan dan perasaan kesal yang akan datang di lain waktu. Ya, kurang lebih untuk bicarakan mana yang okay dan mana yang tidak.

Hoskins menambahkan, bila salah satu dari kita atau pasangan sudah terlanjur melakukan micro-cheating, ada baiknya dibicarakan baik-baik. Jangan pernah sekalipun untuk mengkonfrontasi satu sama lain, karena justru kita akan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi nantinya. Dengarkan alasan mengapa micro-cheating bisa terjadi. Tarik kesimpulan yang mungkin juga bisa membuat kita introspeksi dan memiliki komunikasi lebih baik dengan pasangan kedepannya.

Penulis: Ayudya Annisa

Sumber: Fimela.com