Liputan6.com, Jakarta Dalam rangka membangun iklim yang inspiratif terhadap penciptaan dan apresiasi karya seni tari yang bermutu baik bagi penari ataupun masyarakat, Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) mengembangkan sebuah platform untuk mewujudkan hal tersebut. Platform bernama Jakarta Dance Meet Up (JDMU) tersebut telah berjalan sejak 2007.
JDMU menjadi upaya untuk memetakan, memfasilitasi dan merangkul komunitas tari di Jakarta. Uniknya, platform tersebut juga menjadi saluran yang tepat untuk berjejaring antarkomunitas maupun sanggar meskipun memiliki genre dan karakter tari yang berbeda.
Hartati selaku Ketua Komite Tari DKJ mengatakan bahwa kebanyakan kelompok tari berjalan masing-masing dan tidak saling terhubung satu sama lain. Hal tersebut bahkan terjadi pada kelompok-kelompok tari yang berasal dari genre yang sama. Padahal, berhubungan dengan kelompok tari lainnya dapat menambah wawasan dan ide kreatif para penari tersebut sehingga mampu berkembang secara lebih baik.
Advertisement
Baca Juga
Sebuah platform untuk saling terhubung
"JDMU menjadi platform yang memungkinkan seseorang untuk saling bertukar informasi dan saling terhubung," papar Hartati dalam konferensi pers JDMU #Selection di Gedung Kesenian Jakarta, Jumat (10/8/2018).
Sukses menyelenggarakan tiga pertunjukkan pada 2017, tahun ini DKJ kembali menggelar pertunjukkan JDMU edisi selection pada 10 Agustus lalu. Acara tersebut menampilkan enam karya terbaik dari enam koreografer dari perwakilan komunitas tari yang telah tampil di edisi sebelum-sebelumnya.
Enam koreografer tersebut antara lain Andhini Rosawiranti (Namarina Dance Academy), Josh Marcy Putra Pattiwael (Indonesian Dance Theatre), Kresna Kurnia Wijaya (EKI Dance Company), Gege Diaz (Cipta Urban TIM), Siti Suryani (Citra Art Studio) dan Irfan Setiawan (Ali Dance Company).
Advertisement
Ajang mempererat hubungan antar komunitas
Keenam koreografer tersebut akan menampilkan karya-karyanya yang terdiri dari beragam tema. Ada yang mengangkat tema tentang filosofi lada, bentuk gerak tubuh di kawasan urban, fenomena menipisnya perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dan lain sebagainya.
Harapannya, dari penampilan tersebut dapat mempererat hubungan antara komunitas tari, memberikan ruang kepada koreografer muda untuk mengeksplorasi karyanya sehingga semakin berkualitas, serta memberikan edukasi tari kepada koreografer dan publik pemerhati seni.
"Program JDMU tidak bisa hanya sampai mengumpulkan komunitas saja, tetapi inilah kesempatan Komite Tari DKJ untuk membina mereka hingga ke jenjang yang mereka inginkan," pungkas Hartati. (Kiki Novilia)