Liputan6.com, Jakarta Batita hingga balita menjadi usia emas bagi anak untuk merangsang tumbuh kembangnya. Di zaman yang serba modern ini, anak usia dini semakin lihai untuk memainkan gadget dan lebih menonton televisi daripada beraktivitas di luar ruangan. Padahal, aktivitas di luar ruangan bisa merangsang kekuatan otot dan kecerdasan anak.
Penulis buku Screen Time Tascha Liudmila menuturkan kekerasan anak yang terjadi beberapa tahun lalu merupakan salah satu akibat dari kecandungan screen atau layar. Di mana anak lebih memilih bermain gadget dan menonton tv daripada bermain dan beraktivitas di luar ruangan. Sebagai ibu, Tascha pun kerap memberikan tontonan pada anak saat sedang makan. Awalnya ia berpikir dengan suguhan tontonan ini akan merangsang nafsu makan anak sekaligus menjadi sarana hiburan.
Namun akibat perlakukan ini, sang anak menjadi lebih suka diam dengan gadget-nya dan sulit dipanggil. Untuk itu, ia membuat sebuah peraturan yang dituangkan dalam bukunya Screen Time sehingga sang anak pun tahu dampak negatif dari kecandungan screen time.
Advertisement
"Karena terlalu main screen time, anak sekarang jadi malas bergerak dan lebih memilih main di screen. Padahal anak-anak memiliki masa dia harus main dan bergerak. Ini ada hubungan dengan tumbuh kembang anak. Melatih kecerdasan otak dan kekuatan otot," ujar Tascha.
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Dampak lebih jauh
Lebih jauh, Tascha pun menuturkan dampak buruk dari screen time bagi anak berdasarkan riset yang dibacanya. Di mana kecanduan screen time memiliki efek dopamin yang menimbulkan adiktif. Efek yang sama bagi orang kecanduan narkoba dan minuman keras.
Dalam jangka pendek, kecanduan screen time akan membuat anak menjadi tantrum ketika gadget-nya diambil, sulit diatur, dan sulit berkomunikasi dengan orangtua. Hal ini karena anak meletakkan seluruh fokusnya pada gadget yang dimainkan atau televisi yang ia tonton.
Tascha pun merekomendasikan agar anak baru boleh diberikan gadget di usia 2-5 tahun dengan maksimal pemakaian satu jam sehari. 6 tahun ke atas anak sudah bisa diajak berdiskusi untuk menentukan berapa lama ia bisa menikmati gadget atau tontonan favoritnya. Selain itu, orang tua pun juga harus mengatur dirinya sendiri kapan ia harus memegang ponsel dan kapan tidak.
"Saya sebagai seorang ibu susah banget untuk cari alternatif karena kita tidak ingin anak main gadget. Kadang beli mainan tradisional atau beli buku. Tapi masa beli terus. Kita kayak kehabisan pilihan apalagi di Jakarta cukup sedikit untuk sarana bermain di luar," tambah Tascha.
Â
Advertisement
Alternatif aktivitas atraksi
Beyond Screen Production memiliki visi menghadirkan beragam aktivitas dan atraksi yang diharapkan jadi alternatif aktivitas bagi anak-anak dan keluarga. Sehingga anak-anak tidak terlalu tergantung dengan screen.
Bersama Traveloka, Beyond Screen Production akan menggelar Funtopia, Arena Balon Bermain Pertama dan Terbesar di Indonesia pada 17-30 Agustus 2018. Di sini, Anda akan menemukan arena yang menjadi wahana bermain anak. Tak hanya anak-anak, sebagai orangtua pun Anda bisa ikut terlibat sehingga momen kebersamaan dengan keluarga pun bisa Anda buat.
Terletak di arena seluas 3 hektar di Bintaro XChange Park, Bintaro XChange Mall, memungkinkan anak bebas bermain dan mengeksplorasi diri di beberapa wahana yang terbuat dari balon ini.