Liputan6.com, Makassar Menteri Pariwisata, Arief Yahya, menghadiri acara Wisuda Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Makassar, di Hotel Claro Makassar, Senin (24/9/2018). Di sana, ia memberikan pidato mengenai kemajuan dan gambaran masa depan pariwisata Indonesia.
Arief mengatakan, 348 wisudawan telah memilih industri yang tepat. Sebab, untuk pertama kalinya pariwisata dijadikan sektor prioritas oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Advertisement
"Lulusan Poltekpar dan para orang tua tidak perlu khawatir. Pariwisata Indonesia bisa menang dan menjadi terbaik. Terbukti dengan banyak Penghargaan yang telah mampir bagi pariwisata Indonesia. Terakhir di TTG, Kemenpar terpilih sebagai NTO atau Ministry of Tourism terbaik se Asia Pasifik," ujarnya.
Namun, bukan hal mudah untuk mempertahankan keberhasilan. Dibutuhkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mempertahankannya. Sebab, SDM adalah hal mendasar untuk menjaga pariwisata sebagai core business.
Arief mengatakan, investasi SDM paling tidak kelihatan wujudnya, tapi sangat terasa dampaknya.
"Sejak di PT Telkom saya paling komitmen soal SDM. Investasi SDM itu paling penting untuk win the future customers. Poltekpar ini adalah jawaban untuk membentuk SDM Pariwisata terbaik. Ingat, yang membedakan antara satu bangsa dengan bangsa yang lain adalah manusianya. Yang membedakan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain adalah karakter dan kompetensinya," ucapnya.
Di depan para wisudawan, Arief berpesan bahwa kini saatnya berkiprah dengan mimpi tinggi di industri pariwisata. Tidak hanya menjadi karyawan, tetapi juga mulai berwirausaha karena saat ini menjadi enterpreneur di sektor pariwisata sangat menjanjikan.
"Jadilah enterpreneur. Jangan khawatir, saya akan dampingi kalian agar bisa bersaing dalam bisnis di bidang pariwisata. Kemenpar telah membuat inkubator buat anak-anak yang serius mau merintis bisnis karena hanya dengan cara ini bisa menaikkan kesejahteraan pelaku industri pariwisata,” kata dia.
Menurut Arief, 100 persen lulusan sekolah pariwisata mampu terserap oleh pasar. Seperti di hotel, restoran, kafe, dan travel agent. Ada 40 persen yang langsung ditawari pekerjaan ke luar negeri, sisanya mendapat tawaran di dalam negeri.
Walaupun begitu, imbuhnya, gaji pekerja pariwisata tidak sebesar industri financial seperti perbankan, pertambangan minyak dan gas, properti, atau di dunia telekomunikasi. Rata-rata General Manager hotel itu Rp 75 juta sampai Rp 100 juta per bulan atau Rp 1,2 miliar setahun.
“Jauh jika dibandingkan Telco yang CEO-nya bisa Rp 10 miliar sampai Rp 12 miliar setahun. Karena itu harus dengan enterpreneur, angka itu bisa dikejar,” ujar Arief.
(*)