Liputan6.com, Jakarta - Ada yang kenal dengan tekuluk khas Jambi? Penutup kepala wanita itu merupakan warisan leluhur yang mulai ditinggalkan. Biasanya, tekuluk menggunakan batik atau songket buatan setempat.
Keberadaan tengkuluk diketahui ada sejak zaman Kerajaan Melayu, yakni sebuah kerajaan di Pulau Sumatera sekitar abad ke-7. Pada masa itu, tekuluk digunakan kaum ibu dalam berbagai kegiatan dan kesempatan.
"Sudah ada dan berkembang di berbagai suku seperti Suku Kerinci, Suku Melayu Muda yang dipakai kaum ibu-ibu dalam kegiatan sehari-hari, upacara adat, sampai berdagang," kata penulis buku bertajuk Kuluk, Penutup Kepala Warisan Luhur dari Jambi, Nurlaini kepada Liputan6.com melalui sambungan telepon pada Senin, 1 Oktober 2018.
Advertisement
Baca Juga
Perempuan yang juga menjabat Kepala Museum Siginjei Jambi itu menuturkan, seiring perkembangan waktu, tekuluk mengalami perubahan bentuk. Hingga saat ini, ia mencatat terdapat 98 jenis tekuluk di Jambi.
Tekuluk adalah kain yang bentuknya mirip pashmina. Penggunaannya tidak dijahit ataupun memakai alat bantu seperti peniti, melainkan hanya dililit dan diikat.
"Makna filosofis terletak pada kerapian yang tidak mengenakan peniti tetapi hanya diikat," ngkap Nurlaini.
Posisi juntai tekuluk juga menjadi satu fakta yang menarik untuk diketahui. Juntai yang jatuh di posisi kanan menandakan penggunanya telah menikah. Sedangkan, juntai di sebelah kiri berarti masih gadis.
Saksikan video pilihan berikut ini: