Sukses

Cerita Cinta Raja dan Permaisuri di Dalam Motif Batik Truntum

Ingin menyampaikan pesan cinta, Anda bisa saja menggunakan media batik.

Liputan6.com, Jakarta - Batik jadi busana yang digemari oleh masyarakat di Tanah Air. Motif batik yang tercipta ternyata bisa menyimpan pesan cinta, salah satunya batik truntum. Truntum sendiri berasal dari kata "nuntun" (menuntun).

Sampai saat ini, batik truntum terus dilestarikan. Batik ini sering dikenakan pada saat acara pernikahan agar cinta kasih para mempelai terus berkembang dan terjaga dalam kebahagiaan.

Menurut Wikipedia, kain bermotif truntum biasa dipakai oleh orangtua pengantin pada hari penikahan. Harapannya adalah agar cinta kasih yang tumaruntum (menuntun) ini akan menghinggapi kedua mempelai.

Selain itu, truntum juga dimaknai pula bahwa orangtua berkewajiban untuk menuntun atau membimbing kedua mempelai untuk memasuki kehidupan baru. Orangtua menjadi contoh bagi anaknya yang dianggap sudah lulus ujian cinta kasih.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Sejarah Batik Truntum

Seperti dilansir dari museumbatik.com, motif truntum tercipta sekitar 1749-1788 M ketika Ratu Kencono atau Ratu Berok (Permaisuri dari Paku Buwono III) diabaikan oleh suaminya karena sibuk memperhatikan selir barunya.

Kemudian, sang permaisuri memilih untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Pada suatu malam, ia mendapat inspirasi saat memandang langit cerah dan bertabur bintang.

Dari situ, ia kemudian mulai membuat batik untuk mengisi kekosongan. Ia membuat motif batik truntum yang berbentuk seperti bintang.

Suatu ketika, sang raja melihat permaisuri sedang membatik sebuah kain yang indah. Ia memperhatikan permaisuri dan kain indah yang sedang dibuatnya. Dari situ, muncul kembali rasa sayang sang raja pada permaisuri.

Â