Sukses

Kisah Awal Perkenalan Relawan dan Jihan, Anak Tegar Korban Tsunami Palu

Ini kisah awal perkenalan seorang relawan bernama Bayu dengan Jihan, bocah yang menjadi korban tsunami Palu.

Liputan6.com, Jakarta – Jihan Zahira, anak korban gempa dan tsunami Palu kini tengah mencuri atensi publik. Sosoknya viral di dunia maya setelah seorang relawan, Bayu Andrein, yang membagikan cerita tentang ketegaran anak berusia 3 tahun ini di pengungsian di kaki Gunung Gawalise, sisi barat Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Bayu bersama tim dari Yayasan Karampuang yang bekerja sama dengan UNICEF pada 12 Oktober 2018 menuju lokasi bencana. Momen itu pula yang menjadi awal pertemuannya dengan Jihan.

"Waktu itu kami datang ke Gawalise untuk mengidentifikasi anak-anak yang jadi korban gempa. Saya jalan ke arah bagian timur dan Jihan duduk di bawah pohon kedondong, saya lihat dia main kedondong sedang menggambar di tanah," jelas Bayu Andrein kepada Liputan6.com pada Rabu, 17 Oktober 2018.

Sejak itu, Bayu berusaha untuk mengakrabkan diri dengan mengajak ngobrol dan mengabadikan momen bersama Jihan. "Saya ngobrol-ngobrol santai dan awalnya Jihan memang agak kaku di depan kamera," kata dia.

Bayu pun sempat menanyakan kepada Jihan apakah ia menangis dengan kondisi saat ini dan setelah gempa tsunami menghancurkan rumahnya. Di luar dugaan, jawaban Jihan justru membuat Bayu terkejut.

"Jihan te boleh menangis om, nanti Allah marah (Jihan tidak boleh menangis om, nanti Allah marah)," kata Jihan saat berbicara pada Bayu kala itu.

Ketegaran Jihan membuat Bayu dan banyak pihak terkagum-kagum. Dukungan serta doa mengalir deras di kolom komentar setiap unggahan Bayu dengan potret Jihan di dalamnya.

Selain Jihan, banyak warga Palu, Donggala, dan Sigi harus kehilangan tempat tinggal hingga sanak saudara. Bencana tersebut mengguncang Palu dan sekitarnya pada 28 September 2018 lalu.

Simak video pilihan di bawah ini: