Sukses

Ruang Investasi Besar Lini Wisata Alam

Destinasi wisata alam menjadi ladang investasi menjanjikan. Total ada 9,48 Ribu Hektar lahan potensial destinasi wisata alam yang menunggu aliran investasi

Liputan6.com, Jakarta Destinasi wisata alam menjadi ladang investasi menjanjikan. Total ada 9,48 Ribu Hektar lahan potensial destinasi wisata alam yang menunggu aliran investasi. Desain tapaknya bahkan sudah disusun. Ruang investasi wisata alam ini pun terbagi dalam 7 zona fungsi.

Peluang investasi besar ditawarkan oleh destinasi wisata alam. Sektor ini memiliki ‘lahan tidur’ seluas 4,413 Juta Hektar. Lahan ini masih menunggu aliran pendanaan investor untuk dikembangkan. Dari luas itu, sebesar 0,21% diantaranya sudah memiliki desain tapaknya. Angka riilnya 9,48 Ribu Hektar. Peluang menarik ini pun disampaikan dalam Focus Group Discussion (FGD), Selasa (23/10).

“Destinasi wisata alam memiliki peluang bagus untuk investasi. Potensinya masih sangat luas. Destinasi ini butuh aliran investasi ideal untuk mempercepat proses pertumbuhan kawasan,” ungkap Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan Dody Wahyu Karyanto, kemarin.

Kabar gembira tersebut disampaikannya dalam FGD Kebijakan Dalam Pengembangan Pariwisata Alam. Venuenya berada di Hotel Akmani, Jl. Wahid Hasyim No. 91, Jakarta Pusat. FGD ini dihadiri oleh lima narasumber kompeten di bidangnya. Selain Dody, ada juga Wakil Ketua Tim Percepatan Pengembangan Ekowisata Kemenpar Ricky Avenzora dan Asdep Manajemen Strategis Frans Teguh.

Hadir juga Guru Besar Ekonomi Industri Pariwisata Yuwana Marjuka, Praktisi Teguh Hartono, hingga Asdep Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Kemenpar Alexander Reyaan. “Pemahaman ini harus bisa dipahami oleh semuanya. Sebab, alam Indonesia memiliki potensi sangat besar. Satu sisi, masih ada lini yang belum dioptimalkan karena faktor pendanaan,” jelas Dody lagi.

Potensi investasi wisata alam ini tersebar dalam 7 lini. Sub sektor Tidak semua kawasan konservasi boleh dimanfaatkan sebagai daerah tujuan wisata, seperti Cagar Alam dan zona inti pada Taman Nasional hanya boleh untuk penelitian dan pendidikam. Suaka Margasatwa hanya boleh untuk wisata terbatas. Yang terbuka untuk pemanfaatan wisata alam hanya di zona/ blok pemanfaatan Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Hutan Raya. Apakah dengan demikian akan kekurangan obyek daerah tujuan wisata alam (ODTWA) ? tentu tidak karena luas zona/blok pemanfataan adalah 4.4 juta dengan jumlah ODTWA hampir 12 ribu.

Sedangkan yg sdh dimanfaatkan baru 16 ribu ha.Dalam rangka mendorong peran investor, sejak tahun 2015 sudah dialokasikan 12 ribu areal usaha wisata alam yg investor bisa ikut berperan. Dari areal usaha seluas tsb diatas baru 2.000 yg sdh dimohonkan ijinnya oleh investor.Masih banyak ODTW yg masih dikaji kelayakannya, baik dari segi bisnisnya, konservasinya maupun sosial budayanya sudJadi.Potensi yg luar biasa tsb tidak boleh disia-siakan, harus ditangani sungguh-sungguh agar visi mensejahterakan masyarakat dapat segera terwujud. Kami ingin ada investor yang masuk dalam waktu dekat ini. Sebab, potensi arus masuk wisatawannya menjanjikan dan masih bisa terus dikembangkan,” tutur Dody.

Tahun 2017 wisata mancanegara yg mengunjungi taman nasional baru 430.000, sangat menantang untuk terus ditingkatkan karena sdh 17 juta wisman yg datang ke indonesia, sangat mungkin kalau ditargetkan 10% saja wisman yg ke indonesia didorong mengunjungi taman nasional/ TWA/ Tahura. Yang terdiri dari 54 taman nasional, 128 TWA dan 36 Tahura.

Momentum, tren yg terus meningkat harusnya bisa dimanfaatkan investor untuk ikut berkiprah mengembangkan ekowisata di indonesia.Destinasi wisata yg sdh berkembang cukup baik sebagian masih bertumpu di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat dan Timur. Tantangannya bagaimana mengembangkanRegional Sumatera, Sulawesi, Maluku dan Papua. Masih perlu penangganan lebih serius, terutama aksesbilitas dan promosinya.

Aktivitas wisata alam di kawasan konservasi sudah cukup mampu menggerakan ekonomi masyarakat sekitar kawasan. Tahun 2017 PNBP yg disetor lebih dari 158 M, uang yg beredar disekitar kawasan hutan mencapai 1.1 T. Contoh konkrit Desa Tangkahan di dalam TN Gunung Lauser yg dahulu adalah daerah illegal sekarang berkembang pesat sebagai destinasi wisata unggulan yg dikelola masyarakat, PNBP Rp400 Juta/Tahun di 2016. Jumlah uang beredar di masyarakat sudah mencapai Rp113,81 Miliar/Tahun, 2009. TN Gunung Ciremai, Jawa Barat, meraih PNPB Rp2,4 Miliar pada 2017. Uang yang beredar di masyarakat berksiar Rp 41 Miliar pada 2017.

“Investasi selalu terbuka diberbagai lini destinasi pariwisata. Angka dan potensinya sangat menjanjikan. Investasi ini akan semakin menggiurkan seiring pertumbuhan besar pariwisata Indonesia. Untuk itu, kami mengundang para investor untuk berinvestasi di sektor ini,” terang Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembangaan Kementerian Pariwisata Rizki Handayani Mustafa.

Secara umum, pertumbuhan wisman pariwisata Indonesia signifikan 22%. Jumlah ini hampir 3 kali lipat dari regional dan global. ASEAN tumbuh 7%, lalu UNWTO naik 6,4%. Efeknya, Wonderful Indonesia membukukan devisa Rp203 Triliun di 2017. Padahal, targetnya Rp200 Triliun. Pertumbuhannya 35%-40%. Sektor ini dipercaya memberi kontribusi 10%-14% bagi pertumbuhan ekonomi nasional pada 2018.

Efek makro ini pun berimbas secara internal kepada destinasi wisata alam. Mengacu arus wisatawan di tahun 2017, jumlah pengunjung mencapai 7,3 Juta orang. Mereka memiliki kemampuan spending sekitar Rp150 Ribu per orang/trip. Dengan postur besar tersebut, sedikitnya ada Rp1,1 Triliun perputaran uang di destinasi tersebut.

“Destinasi wisata alam ini sangat menjanjikan, kawasan ini akan terus tumbuh. Aspek pendukungnya seperti aksesibilitas dan amenitasnya terus berkembang bagus. Destinasi tersebut semakin mendapatkan akses besar. Intinya, berinvestasi di sektor ini akan sangat menjanjikan,” tutup Menteri Pariwisata Arief Yahya yang sukses membawa Kemenpar No. 1 dan terpilih sebagai #TheBestMinistryTourism2018 se-Asia Pasifik di Bangkok.

 

 

(*)