Sukses

Perpustakaan Digital bagi Generasi Milenial

Kebanyakan perpustakaan konvensional jarang diakses generasi milenial. Pendekatan digital dinilai lebih efektif.

Liputan6.com, Jakarta - Menyambut masa depan yang cemerlang, generasi milenial dianggap perlu membangun keterampilan di dunia kerja yang akan datang secara mandiri. Salah satunya dengan mengakses perpustakaan.

Namun, perpustakaan konvensional dinilai belum mampu menjangkau para generasi muda. Menyadari hal itu, perusahaan tinta cetak Siegwerk, bekerja sama dengan SOS Children's Village Jakarta, mengalokasikan sejumlah dana untuk membuat perpustakaan digital.

"Dalam sistem pendidikan saat ini, anak-anak membutuhkan akses ke sumber daya digital dan metode kerja karena pengalaman digital mereka akan sangat mempengaruhi prospek masa depan untuk kelayakan kerja," kata Herbert Forker, CEO di Siegwerk pada pembukaan seremonial perpustakaan digital, Kamis, 1 November 2018, dalam keterangan tertulis.

Perpustakaan digital itu nantinya akan dilengkapi dengan tenaga profesional yang ahli dalam mengelola dan memelihara peralatan serta fasilitas demi menjaga pendidikan digital tetap terbaru. Siegwerk juga membuka kesempatan bagi pemuda usia 22-24 tahun mendapat keterampilan tambahan.

Untuk itu, Siegwerk merangkul YouthCan! untuk membangun kehidupan yang stabil dan mandiri. Herbert berharap hal itu dapat mengurangi angka pengangguran generasi muda atau milenial di Indonesia. 

"Lebih dari 64 juta anak muda di seluruh dunia menganggur dan banyak lagi yang tidak memiliki penghasilan cukup untuk membangun kehidupan yang stabil dan mandiri," kata Gregor Hadi Nitihardjo, Direktur Nasional SOS Children's Villages Indonesia.

Tak hanya teori dan kata-kata, program ini juga turut memberikan pengalaman secara langsung kepada generasi milenial untuk bisa melihat dunia kerja secara nyata. "Kami ingin memungkinkan remaja untuk mendapatkan pengalaman langsung dan memberikan wawasan di lingkungan kerja yang nyata," ujarnya. (Mariany)

Saksikan video pilihan berikut ini: