Sukses

Kebaya-Kebaya Tak Biasa dari Lemari Lila Yogyakarta

Kebaya sejak dulu tak hanya dikenakan saat momen spesial, tetapi untuk sehari-hari. Itulah persepsi yang kembali diangkat oleh Lemari Lila dari Yogyakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang menganggap kebaya hanya cocok dipakai saat wisuda atau pesta pernikahan? Persepsi inilah yang berusaha dipatahkan Lila Imelda Sari saat meluncurkan brand Lemari Lila.

Kebaya kutu baru bermotif wajah Marilyn Monroe. Kebaya kartini dengan potongan asimetris di bagian depan. Atau, kebaya kutu baru berlengan pendek dengan ekor panjang di bagian belakang. Itulah gambaran kebaya-kebaya tak biasa dari Lemari Lila.

"Jadi, busana dari Lemari Lila itu bisa bahan yang dipakai tradisional, seperti batik dan lurik, tetapi desainnya lebih modern, tetapi bisa juga kebalik, bahan ngepop, tapi desainnya tradisional," kata Lila saat ditemui Liputan6.com di #Instamarket, kawasan Go-Food Festival, Jakarta, Kamis, 8 November 2018.

Ia mengaku usaha yang dirintisnya sejak 2010 itu dilatari kesukaannya dengan baju vintage. Di sisi lain, ia juga ingin memajukan bisnis lokal, seperti usaha lurik dari Bantul, Yogyakarta.

Awal mula pemasaran di media sosial, Facebook, Lemari Lila kini membuka toko di Yogyakarta sejak 2015. Meski begitu, sistem penjualan online, terutama lewat Instagram dan website, sangat mendukung pengembangan usahanya.

Menurut Lila, kebaya yang dibuatnya sengaja dibuat tidak terlalu ketat agar memudahkan gerak para pemakainya. Ia juga sering mendengarkan masukan pelanggan sehingga membuat kebaya yang tidak menerawang dan berlengan panjang.

"Momennya tepat, saat ini banyak yang kembali ke old school," kata Lila.

 

2 dari 2 halaman

Jadi Gaya Hidup

Dengan model-model tersebut, ia berharap semakin banyak orang Indonesia yang mau kembali menggunakan kebaya dalam keseharian mereka. Apalagi, material kebaya yang dipakai sengaja dipilih yang tak membuat gerah.

"Kalaupun sifon, dipilih yang enggak gerah. Ada katun, linen juga," ujarnya.

Tak semua produk Lemari Lila adalah kebaya, hanya sekitar 50 persennya. Selain itu, ada kain lilit berbahan batik dan lurik, celana kain, hingga blazer.

"Harganya mulai Rp 225 ribu. Kalau batik cap tulis Rp 460 ribu," sebut Lila.

Dalam seminggu, Lemari Lila bisa menghasilkan 200 potong busana. Yang paling diminati tetap kebaya kutu baru. Ia memanfaatkan momen para wisatawan yang datang ke Yogyakarta yang ingin merasakan hidup seperti orang lokal.

"Jogja kini bukan hanya wisata kuliner, tapi juga gaya hidup. Ada yang nyari untuk reuni atau mau wisuda. Mereka ingin seragaman," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini: