Liputan6.com, Jakarta – Bangka Vernadoc and A Tectonic Exploration adalah sebuah pameran arsitektural yang menampilkan hasil dokumentasi arsitektur tradisional rumah panggung kayu Melayu di Kota Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung. Tujuan digelarnya pameran adalah untuk membangun kesadaran tentang pentingnya kearifan lokal arsitektur tradisional, sebagai sarana edukasi, dan promosi kekayaan budaya arsitektur rumah panggung.
Seluruh rangkaian kegiatan dapat diwujudkan berkat dukungan dari Universitas Indonesia, ASAVERNADOC, Pemerintah Provinsi Bangka-Belitung, Museum Timah Indonesia, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Bangka-Belitung, dan Universitas Syiah Kuala.
Acara ini berlangsung di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) pada 12-15 November 2018 dan berlanjut di Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia pada 16-17 November 2018. Kurator pameran ialah Kemas Ridwan Kurniawan yang juga berperan sebagai ketua dari seluruh rangkaian kegiatan di dalamnya.
Advertisement
Dari berbagai tipologi rumah panggung yang ada di Kota Muntok, pameran secara khusus menampilkan tipologi rumah panggung kayu Melayu yang terpengaruh budaya Palembang dan terpengaruh budaya Johor. Pameran ini terdiri dari dua area utama, yaitu zona penyajian arsitektur rumah panggung kayu Melayu yang digambar dengan metode Vernadoc dan zona telaah arsitektural melalui pendekatan tektonik.
Baca Juga
Vernadoc adalah sebuah metode menggambar arsitektur vernakular—atau secara umum dikenal dengan istilah ‘tradisional’—yang menekankan pengumpulan data dan informasi langsung ditapak (on site) untuk memproduksi gambar yang terukur dan berkualitas tinggi. Dalam pameran ini, 22 buah gambar yang terdiri dari gambar site plan kawasan, denah, tampak, dan potongan dipajang secara khusus di atas panel sketsel kayu.
Pada zona kedua, rumah panggung ‘dibedah’ melalui telaah akademis menggunakan pendekatan tektonika. Tektonika, secara sederhana, adalah sebuah seni hubungan. Pendekatan tektonika yang digunakan untuk menganalisis kedua buah tipologi rumah panggung meliputi aspek tektonika keruangan, struktur, konstruksi, dan materialitas.
Sejak pembukaan resminya pada 13 November 2018 oleh Wakil Dekan FTUI, M. Asvial, pameran ini memperoleh sambutan yang hangat dari seluruh kalangan. Pengunjung yang hadir tidak hanya dari para mahasiswa dan dosen Universitas Indonesia saja, melainkan juga dari kalangan publik. Dengan adanya pameran ini, seluruh masyarakat diharapkan menyadari betapa pentingnya pelestarian terhadap arsitektur tradisional di Indonesia.
Maka pertanyaan reflektif selanjutnya adalah: apa upaya kontributif setiap individu dalam melestarikan kekayaan arsitektur yang tersebar di Nusantara? Untuk menjawabnya, kenali terlebih dahulu arsitektur tradisional melalui pameran ini yang masih berlangsung hingga 17 November 2018 di Pepustakaan Pusat Universitas Indonesia dan diakhiri dengan kuliah umum.
Saksikan video pilihan di bawah ini: