Liputan6.com, Jakarta Peningkatan kualitas layanan bandara menjadi perhatian serius PT Angkasa Pura (AP) II. Buktinya, 15 bandara yang dikelolanya telah menerapkan Smart Digital Airport. Konsep ini semakin membuat wisatawan menjadi nyaman. Juga turut memudahkan mobilitas pengunjung bandara.
Konsep dasar yang diterapkan adalah smart and connected. Untuk mendukung hal itu, soft infrastructure dibenahi optimal. Dimulai dari riil soft infrastructure-nya, connected content, hingga digital community.
“Kami terus menyeimbangkan hard infrastructure dan soft infrastructure bandara-bandara di bawah naungan AP II. Soft infrastructure akan diperbaiki menyeluruh. Konsep Smart Digital Airport ini sudah menjadi kebutuhan. Jumlah penumpang dan traffic pesawat tinggi,” ungkap Direktur Utama PT AP II Muhammad Awaluddin, Minggu (25/11).
Advertisement
Dengan menguatkan aspek soft infrastructure, ada beberapa sasaran yang dibidik AP II. Mereka secara riil meningkakan level costumer experience-nya. Sebab, calon penumpang dinilai lebih nyaman dengan konsep melayani sendiri. Soft infrastructure juga diharapkan menaikan efisiensi pembiayaan, termasuk melahirkan konsep baru berbasis digital.
“Melalui Smart Digital Airport, ada sumber revenue baru bagi AP II. Beragam proses dan aktivitas juga terhubung satu sama lain,” terang Awaluddin.
Konsep Smart Digital Airport sebenarnya sudah diterapkan sejak 2016. Namun, konsep ini terus saja digulirkan. Sasarannya tersebar dari sisi udara, pengelolaan operasional gedung terminal, hingga zona pendukung pergerakan penumpang. Untuk platform yang ditawarkan ada 3. AP II ini mengembangkan Indonesia Airport Apps. Aplikasi ini sudah di download 150 Ribu user dan ditargetkan 1 Juta pada 2019.
Ada juga platform operasi yang mengacu layanan dan komersialisasinya. AP II juga memiliki platform Airport Collaborative Decision Making yang melayani 15 stakeholder. Konsep ini mengakomodir airport operator, airlines operator, hingga pemegang otoritas bandara.
“Optimalisasi Smart Digital Airport ini terus dilakukan. Semuanya akan optimal dalam waktu dekat di semua bandara,” kata Awaluddin lagi.
AP II juga tetap melanjutkan program revitalisasi bandara. Agenda ini digulirkan di Bandara Soekarno Hatta. Khususnya, Terminal 1 dan 2. Digulirkan selama 3 tahun, program revitalisasi terminal 1 sudah menaikan kapasitas menjadi 23-24 Juta penumpang. Padahal, di tahun 1985 kapasitasnya hanya 9 Juta.
Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta kini berkapasitas 17-18 Juta penumpang. Jumlahnya sangat kecil pada 1992 dengan kapasitas 9 Juta. Mengalokasikan anggaran Rp3,7 Triliun, revitalisasi 2 terminal lengkap 6 sub terminal Bandara Soekarno Hatta ini masing-masing memberi slot 25 Juta pada 2020.
“Pendekatan teknologi ini akan mengintegrasikan smart mobility, security, hingga energi terbarukan,” ujarnya.
Mendukung optimaliasasi pendanaan, AP II juga mensikapinya dengan penjualan obligasi. AP II telah menerbitkan obligasi senilai Rp3 Triliun pada September. Kebijakan ini sebagai treatment memperkaya perusahaan untuk mensiasasti pembiayaan operasional hingga Rp100 Triliun pada 2020. Sebab, jumlah bandara yang dikelola AP II membengkak menjadi 19 hingga 20 bandara pada 2019.
“AP II harus mensikapi pembiayaan, apalagi tahun depan ada penambahan 4 pengelolaan bandara. Pembiayaan menjadi isu yang sangat penting. Untuk itu, menerbitkan obligasi menjadi cara untuk meringankan pembiayaan,” jelas Awaluddin lagi.
Mengembangkan pasar, AP II juga melakukan ekspansi pasar ke Filipina pada 2019. Kerjasama strategis ini untuk mengoptimalkan pengembangan bisnis organik AP II.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menerangkan, AP II banyak melakukan lompatan besar. Pengembangan konsep Smart Digital Airport pada seluruh bandara di bawah AP II menjadi sinyal positif pariwisata.
“Penerapan Smart Digital Airport di banyak bandara sangat dibutuhkan. Sebab, para penumpang ini membutuhkan kemudahan sistem karena mereka memakai konsep digital juga. Yang jelas, penerapan Smart Digital Airport akan memudahkan mobilisasi wisatawan,” tuturnya.
(*)