Liputan6.com, Jakarta Usaha Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mendorong kemudahan aksesibilitas udara mendapat respons positif dari PT Angkasa Pura (AP) II. Rencananya, AP II akan menyulap Terminal 1 dan Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta (Soetta) menjadi Terminal Bertarif Rendah atau Low Cost Carrier Terminal (LCCT).
Konsep LCCT diyakini dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) serta mendukung realisasi target kunjungan 20 juta wisman pada 2019.
“LCCT jelas akan memberikan dampak signifikan bagi pariwisata Indonesia. Sebagai gambaran, penerbangan di Jepang tumbuh 55 persen saat sudah punya LCCT. Target saya Indonesia bisa mencapai 50 persen. Saat ini baru tumbuh 20 sebelum memiliki LCCT,” ujar Arief, Selasa (27/11/2018).
Advertisement
Dengan adanya terminal LCCT, maskapai penerbangan bisa memotong biaya operasional hingga 50 persen. Namun, akan memiliki traffic yang meningkat dua kali lipat. Seperti diketahui Passenger Service Charge (PSC) Terminal 2 domestik Soekarno Hatta Rp 85.000 dan Terminal 2 Internasional Seokarno Hatta Rp 150.000.
“Masih banyak maskapai LCC pontensial yang belum terbang ke Indonesia. Jumlahnya sekitar 45 maskapai. Contohnya, Indigo (India) dan Vietjet (Vietnam) yang tidak mau karena airport charge-nya mahal. Hingga saat ini AirAsia sudah komitmen di manapun ada LCCT, AirAsia akan terbang,” ucap Arief.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin, menjelaskan bahwa saat ini terminal 1 dan 2 sedang direvitalisasi. Pada dasarnya kedua terminal itu saat ini sudah mengusung low cost carrier, tetapi setelah revitalisasi kedua terminal tersebut akan menjelma sepenuhnya menjadi terminal LCCT.
Proses revitalisasi ditargetkan selesai tiga tahun mendatang atau pada 2021. Lambatnya proses tersebut disebabkan kedua terminal masih tetap berfungsi meski sedang direvitalisasi.
"Selesai 2021. Tapi kalau implementasinya akan mulai dengan pendekatan, tahun depan akan kita mulai," kata Awaluddin.
Dia menambahkan, revitalisasi juga akan meningkatkan daya tampung penumpang di terminal 1 dan 2. Dari kapasitas sembilan juta penumpang di masing-masing terminal menjadi 25 juta penumpang.
Bukan itu saja, nantinya terminal 2 akan terkoneksi seperti terminal 3. Semua sub-terminal akan terhubung tanpa ada pemisah.
Perbedaan mendasar terminal 1 dan terminal 2 saat menjadi sepenuhnya LCCT ada tiga. Pertama adalah seamless journey yang diharapkan dapat menyedot penumpang wisatawan backpaker yang membawa barang sedikit saat bepergian. Sebab, di LCCT antrean saat check-in akan dibedakan antara penumpang dengan bagasi dan non bagasi.
Kedua, adalah Fast procesing time. Mesin check-in mandiri akan diperbanyak sehingga penumpang dapat melakukan check-in sendiri melalui mesin yang disediakan. Sementara itu, counter check-in manual akan dikurangi jumlahnya dalam rangka membuat lahan terminal menjadi semakin luas. Terakhir adalah differentiated service atau pelayanan bagasi sendiri.
"Banyak milenial yang enggak suka ngantre, ingin melayani diri sendiri biar cepat. Selain itu, self boarding gate juga akan diterapkan di mana pemeriksaan keamanan hanya akan menjadi satu tahap. Selanjutnya, penumpang bisa langsung masuk ke gate hanya dengan men-scan barcode yang terdapat di tiket pesawat," ujar Awaluddin.
Dirinya pun yakin keberadaan LCCT bisa meningkatkan angka kunjungan wisman ke Indonesia.
"Kenapa kita perlu terminal yang dengan kategori LCCT? Karena yang memang kita akan dorong adalah pertumbuhan traffic pariwisata. Pariwisata sudah menjadi sektor dan akan menjadi core ekonomi baru," ucap Awaluddin.
Saat ini, arus kedatangan wisatawan mancanegara ke Indonesia hampir seluruhnya melalui jalur udara. PT Angkasa Pura II pun akan mengajak maskapai-maskapai low cost untuk masuk ke Bandara tersibuk di Indonesia tersebut. Dengan demikian, pilihan penerbangan low cost akan semakin banyak.
"Kita akan menarik maskapai. Jadi kalau ini kemudian kita lanjutkan kegiatan revitalisasi terminalnya akan mengarah ke situ. Berarti saya sendiri akan roadshow ke maskapai," kata Awaluddin.
(*)