Sukses

Kisah Shareif Hall, Penyandang Disabilitas yang Menaklukkan Dunia Fashion AS

Shareif Hall lahir sebagai anak normal dan sehat hingga insiden di eskalator stasiun bawah tanah mengubahnya menjadi penyandang disabilitas.

Liputan6.com, Jakarta - Dunia fashion mulai membuka pintu bagi banyak orang, termasuk mereka para penyandang disabilitas. Satu dari sekian banyak adalah Shareif Hall. Sejak Februari 2018, ia bergabung dalam The Ellen Project untuk mengampanyekan misi menjembatani orang-orang berketerbatasan fisik dengan dunia fesyen.

The Ellen Project adalah salah satu proyek sosial Ellen DeGeneres, presenter Ellen Show. Hall mengaku tertarik bergabung agar semua orang memiliki kepercayaan diri dan bisa menampilkan sisi terbaik.

Menurut Hall, model adalah seseorang atau sesuatu yang jadi contoh bagi orang lain untuk suatu alasan. "Aku ingin menampilkan diri sebagai orang yang percaya diri, punya harga diri, pemberdayaan, kekuatan, dan keunikan," tulisnya dalam laman reefhall.com seperti dikutip Liputan6.com, Senin (3/12/2018).

Ia mengaku, fashion adalah jalannya untuk mengampanyekan hal tersebut. Melalui kaki prostetiknya, ia bisa mengekspresikan diri. "Daripada hanya fokus pada keterbatasan yang dimiliki, Anda bisa memberdayakan diri sendiri dan menggunakan disabilitas Anda dalam cara yang positif," kata Hall.

Model kelahiran Philadelphia, 22 Oktober 1922 itu terlahir sebagai anak yang sehat dan normal. Namun, insiden mengerikan terjadi saat ia berusia 4 tahun. Kaki kanannya terperangkap di eskalator stasiun kereta bawah tanah SEPTA. Untuk menyelamatkan nyawanya, kaki itu harus diamputasi.

Hall bercerita bahwa awalnya tidak ada tekanan dari lingkungan setelah insiden tersebut. Tubuh Hall bisa beradaptasi dengan cepat setelah kehilangan kaki. Ia bahkan bisa berlari dan bermain seperti biasa.

Tiga tahun setelahnya, ia memenangkan gugatan atas kecelakaan di stasiun bawah tanah pada 1999. Dilansir chicagotribune.com, Hall berhak atas 50 juta dolar AS sebagai uang pertanggungan atas kejadian nahas tersebut.

Namun semakin dewasa, ia mulai merasakan perubahan. Tatapan aneh dari anak-anak seusianya membuat Hall tak nyaman. Ia yang sudah jadi penyandang disabilitas mulai merasa berbeda dari anak kebanyakan.

2 dari 2 halaman

Momen Perubahan

Tekanan dari lingkungan makin bertambah lewat pertanyaan-pertanyaan, 'Mengapa Hall hanya punya satu kaki?'. Pertanyaan semacam itu, menurut Hall, bisa dipicu karena semata penasaran atau sebaliknya, yakni untuk mencemooh.

"Waktu berlalu, keinginanku untuk berkomunikasi dengan anak seusiaku mulai pudar. Aku saat itu mulai menarik diri dari teman-teman, lantaran aku percaya mereka hanya tertarik dengan kekurangan fisikku atau hanya karena kasihan," tulis Hall.

Namun, pola pikir Hall berubah setelah ia merenung. Perlahan, ia mulai berkomunikasi dengan teman-temannya walau masih merasa tidak nyaman.

Seiring waktu berlalu dan kenekatannya, lelaki yang pernah tampil di Majalah GQ itu mulai bisa mencintai dirinya dan bertemu dengan lebih banyak orang baru. Situasi itu membuat Hall keluar dari zona nyaman dan membangun karakter dengan lebih baik.

"Aku akan selalu berbeda secara fisik dengan orang lain, tapi hal itu kini tidak membuatku malu atau menganggu penampilanku," ujarnya.

Ia mengatakan, tantangan utama dari pemulihan dirinya adalah soal mental. Untuk hal ini, ia mengaku terus mengupayakan dengan menghindari pemikiran negatif dan menghilangkan keraguan. "Saya berhak hidup normal meski dengan disabilitas," tuturnya setiap waktu.

Saksikan video pilihan berikut ini: