Liputan6.com, Jakarta - Sastrawan Nh Dini meninggal dunia akibat kecelakaan, Selasa (4/12/2018). Semasa hidup, perempuan kelahiran Semarang, Jawa Tengah, 29 Februari 1936 itu bersyukur dikaruniai kemampuan menulis dan karyanya banyak diminati masyarakat, tapi ia tetap rendah hati.
"Bagi saya, kalau saya terkenal itu bukan suatu kehebatan. Itu biasa saja, karena saya bekerja keras, saya berusaha, dan banyak teman yang membantu, maka saya terkenal. Jadi, tidak ada kebanggaan, wah, atau istimewa, itu tidak ada," kata perempuan bernama lengkap Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin, dalam wawancara dengan pihak Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki yang diunggah ke dalam YouTube pada 11 Maret 2014.
Advertisement
Baca Juga
Dini mengungkapkan, ia mulai menulis karena mendapat honorarium. Ia anak janda tanpa pensiun. Ia mendapat uang 7,5 rupiah dari siaran di RRI pada 1950-an. Dari honor tersebut, ia bisa mengganti ban sepedanya.
"Motivasi saya menulis itu untuk mencari uang. Menyenangkan lingkungan, pertama kali ibu saya. Karena ibu selalu tanya, apa lagi tulisanmu, nak. Selalu ibu bertanya seperti itu," kata penulis buku Namaku Hiroko itu.
Semasa hidup, Nh Dini terbilang sederhana. Meski buku-bukunya laku di pasaran, tapi ia tak punya rumah. Dini lebih memilih kos, dan hingga akhir hayatnya ia tinggal di sebuah wisma di Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah.
"Saya tak punya rumah dan tinggal di wisma lansia. Saya hanya punya ruangan terbatas. Buku-buku saya, saya taruh di ruang makan di wisma," kata Nh Dini.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â