Liputan6.com, Jakarta – Menikah tentunya sebuah pilihan hidup bagi setiap orang. Pernikahan dapat menjadi bukti cinta dua orang yang sudah menjalin kasih.Bagi yang memutuskan untuk menikah, tentu penting untuk mempersiapkan segala sesuatunya agar semua berjalan dengan lancar seperti yang diharapkan.
Salah satu yang harus benar-benar dipersiapkan adalah dana.Masalah keuangan memang sangat sensitif dalam hal apapun. Karena itu, saat Anda merencanakan pernikahan, pastikan bahwa dana yang digunakan adalah memang dikhususkan untuk acara tersebut. Lalu, kapan Andaa akan menikah?
Tahun ini, tahun depan atau mungkin dua tahun lagi? Tidak masalah kapan waktunya, yang terpenting perencanaan keuangan pernikahan yang wajib dipersiapkan secara matang.Menikah merupakan momen sakral yang diharapkan hanya terjadi satu kali seumur hidup.
Advertisement
Baca Juga
Semua orang, termasuk Anda tentunya, ingin pernikahan yang berkesan bukan? Masalahnya, menggelar pesta pernikahan butuh dana yang tidak sedikit. Ada berbagai hal yang perlu dipersiapkan. Mulai sewa gedung, merancang dan mencetak undangan, pesan katering, dekorasi, gaun pengantin, biaya rias pengantin, seragam keluarga, akomodasi, dan masih banyak pernak-pernik biaya tambahan lainnya.
Karena perhitungan dana itu, banyak pasangan yang kemudian menunda-nunda waktu pernikahan. Padahal justru dengan ditunda, biaya-biaya akan merangkak naik setiap tahun. Bahkan tak sedikit pasangan yang lebih memilih menikah secara sederhana di KUA (Kantor Urusan Agama) saja tanpa menggelar resepsi.
Bagi pasangan yang akan menikah mungkin tak terlalu jadi masalah, tapi biasanya pihak keluarga masing-masing pasangan tak akan setuju. Resepsi pernikahan bisa dibilang sudah menjadi kewajiban bagi pasangan yang menikah.Namun tidak perlu khawatir berlebihan terhadap besarnya dana pernikahan.
Yang paling utama, bersikap realistis dalam merancang resepsi pernikahan Anda dan laksanakan momen berharga dengan penuh persiapan yang matang. Simak apa yang dianjurkan oleh Financial Planner atau Perencana Keuangan Prita Hapsari Ghozie.
Menurut perempuan yang menjadi CEO di kantor konsultan keuangan ZAP Finance ini, pisahkan bujet untuk acara adat dan acara utama yaitu akad, dan acara syukuran atau resepsi pernikahan.
Membuat Pengeluaran Efisien
"Jika dana terbatas utamakan acara akad. Yang lain bisa mengikuti. Agar lebih pasti bisa gunakan paket pernikahan," terang Prita melalui pesan singkat pada Liputan6.com, Jumat (28/12/2018). Sebagai langkah awal, Anda harus mengenali kemampuan finansial Anda untuk membiayai keperluan pesta pernikahan yang akan digelar nanti.
Dengan begitu, Anda harus menetapkan batasan bujet yang boleh Anda keluarkan untuk mempersiapkan pesta pernikahan.Jangan sampai ada pengeluaran di luar rencana yang Anda keluarkan dengan percuma. Untuk itu, Anda harus belajar membuat pengeluaran yang efisien untuk pesta pernikahan agar keuangan tidak jadi berantakan setelahnya.
Hal itu dikemukakan oleh Financial Planner yang juga pendiri Zelts Consulting, Ahmad Gozali. Menurut pria lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) ini pada Liputan6.com, Sabtu, 29 Desember 2018, yang menentukan sudah siap menikah atau belum secara finansial bukanlah kesiapan untuk resepsi, tapi kesiapan biaya sesudah menikah.
Yang seharusnya menjadi perhatian adalah biaya hidup sesudah pernikahan. Jika biaya hidup mandiri sesudah pernikahan sudah memadai, maka itu artinya sudah siap menikah. Rupiah seharusnya hanya menentukan bagaimana cara kita merayakan pernikahan. Jangan sampai jumlah rupiah menentukan kapan kita menikah, apalagi kalau junlah rupiah sampai menentukan dengan siapa kita menikah.
Lalu bagaimana jika kita ingin menggelar resepsi pernikahan tapi dana terbatas?Tak usah khawatir, pernikahan bisa tetap sah dan dikenang walau dengan dana terbatas. Asalkan kita tahu pos apa yang paling bengkak biayanya, kita bisa hemat dengan signifikan.
Menurut Ahmad Gozali, pos pertama adalah konsumsi. Bisa dibilang 50 persen biaya resepsi adalah untuk konsumsi. Bukan hanya menu yang menentukan mahal atau tidaknya konsumsi, tapi juga gedungnya. Menu yang sama akan memiliki harga yang berbeda di gedung yang berbeda. Jadi kata kuncinya adalah pemilihan gedung dan menu.
Advertisement
Harus Tegas dan Konsisten
Perlu diingat juga, jangan berlebihan ketika memesan kuantitas menu konsumsi. Kalau memang sudah pesan makanan sampingan atau gubukan yang cukup variatif, untuk prasmanan utama tidak perlu terlalu banyak menu lagi. Karena seringkali para tamu hanya fokus kepada jenis makanan tertentu saja dan tidak berlebihan mengambil semua jenis makanan.
Pos kedua yang perlu diperhatikan adalah seragam panitia/keluarga. Yang ini nominalnya memang tidak besar, tapi paling rawan membengkak tidak keruan. Kalau satu orang diberikan seragam, biasanya yang tidak dapat seragam bakal menanyakan kenapa dia tak mendapat jatah?
Tingkat kedekatan dan tingkat persaudaraan seringkali jadi perbandingan. Untuk itu kita harus tegas dan konsisten dengan daftar nama yang akan mendapatkan seragam. Atau bisa juga dengan memberikan dress code warna tertentu saja tidak perlu pakai seragam, hal ini akan menghemat biaya cukup besar.
Kalau ingin lebih hemat lagi, Anda bisa menikah di KUA saja. Pernikahan yang diselenggarakan di KUA tidak dipungut biaya sama sekali. Alih-alih mengadakan resepsi kita bisa mengadakan open house di rumah. Di zaman digital seperti ini semua undangan dan pemberitahuan tidak perlu lagi dengan cetakan.
Resepsi ini lebih kepada masalah adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku di keluarga bukan tentang keharusan atau menjadi syarat dari sebuah pernikahan yang langgeng dan sakinah.
Berutang Bukan Langkah Bijak
Bagi yang tetap ingin menggelar pesta pernikahan yang meriah, tidak sedikit pula yang menyadari bahwa bujet pernikahan mereka membengkak. Mereka pun akhirnya memutuskan untuk mencari pinjaman atau hutang demi menutup kekurangannya tersebut. Yang menjadi pertanyaan sebenarnya adalah perlukah pasangan itu berhutang untuk acara resepsi pernikahan?.
Baik Prita Ghozie maupun Ahmad Gozali, berutang bukan jadi pilihan yang bijak. Menurut Prita, tidak bijak kita berutang untuk pesta pernikahan. Karena setelah itu akan banyak kebutuhan lain yang lebih penting seperti rumah. Pendapat senada diutarakan Ahmad Gozali.
Menurutnya, pernikahan adalah awal dari kehidupan pernikahan sehingga sangat tidak bijaksana jika mengawali kehidupan keluarga dengan angka yang negatif alias berhutang. Lebih baik mengadakan pernikahan yang sederhana, sesudah itu berutang untuk KPR dan tinggal secara mandiri sebagai sebuah keluarga.
Daripada habis-habisan bahkan sampai berutang untuk resepsi setelah itu tinggal numpang sama mertua, lebih baik mengusahakan dana untuk bisa mempunya rumah sendiri.
Jadi, jangan terlalu mengikuti gengsi dengan membuat resepsi yang sangat meriah dan jor-joran sehingga Anda menghambur-hamburkan uang untuk membiayai hal-hal kurang perlu. Anda bisa menggunakan uang tersebut untuk keperluan lain yang jauh lebih penting dan memang diperlukan di pesta pernikahan Anda.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement