Liputan6.com, Jakarta - Riuh aktivitas sekitar Stasiun Sudirman samar terdengar dari kejauhan. Kendati tak sebegitu berjarak, namun sesaat setelah memasuki Jl. Purwodadi, ruas yang hanya cukup untuk dua kendaraan roda dua ini seolah memakai peredam. Bunyi daging dipanggang, serta perbincangan pengunjung Sukiyaki, Steamboat, dan Barbeque jadi semata pemecah sunyi di sana.
Jules Polii selaku pemilik usaha nyatanya bukan pemain baru. Ia sudah menekuni bisnis tersebut sejak 1974. "Cuma waktu itu jualnya masih korean barbecue," cerita sang putri, Qullin Polii, saat ditemui Liputan6.com di kedainya pada Kamis, 10 Januari 2019.
Awalnya, kedai Sukiyaki ini buka di Jl. Kendal. Namun, karena penggusuran beberapa tahun lalu, ia dan keluarga memutuskan meneruskan usaha dengan berjualan di teras rumah yang berlokasi tak jauh dari spot awal, yakni di Jl. Purwodadi no. 44, Menteng, Jakarta Pusat.
Advertisement
"Tadinya mama nggak mau lanjutin. Tapi, waktu itu ada langganan istrinya ngidam supaya minta tolong dibikinin. Jadi, ya sudah. Dari situ semua ikutan. Akhirnya diterusin di rumah," papar Qu, sapaan akrabnya.
Baca Juga
"Yang ngawasin mama. Kenapa nggak mau pindah ke tempat lain dan mutusin buat jualan di rumah juga karena kasihan mama kalau kejauhan. Apalagi sekarang mama lagi sakit juga kan. Papa sudah sakit dari tahun 2005. Waktu itu kena stroke," tuturnya menambahkan.
Resep yang kini mengundang banyak pelanggan setia itu membutuhkan sebuah proses panjang hingga menemukan formula paling pas. "Waktu pertama jualan, orang Indonesia kayak masih kurang terima sama rasanya. Jadi, papa terus ubah lagi racikannya sampai nemu yang pas dan bertahan sampai sekarang," terang Qu.
Kedai Sukiyaki ini sendiri merupakan langkah berani sang empunya untuk meninggalkan pekerjaan sebagai chef di salah satu hotel di Jakarta. Sajian yang dinilai unik dan lain dari yang lain itu membuatnya mau mencoba membuat usaha sendiri, walau awalnya tentu tidak mudah.
Qu menceritakan, bukan perihal gampang untuk memasarkan dan memperkenalkan sajian sukiyaki di tahun 70-an. Sang ayah bahkan sampai menghapus satu menu yang sebenarnya adalah ciri khas makanan Korea.
"Jadi, dulu papa buat kimchi buat side dish. Tapi, karena banyak orang yang aneh sama rasanya dan daripada kebuang terus, jadi mending ditiadakan," katanya.
Setelah melalui proses cukup panjang, kedai Sukiyaki, Steamboat, dan Barbecue akhirnya menemukan paten menu yang sekarang jadi andalan. Anda bisa menemukan daging sapi, ayam, udang, cumi, udang, ikan gindara, serta sayuran yang terdiri dari kangkung, sawi putih, sawi hijau, tauge, soun, dan tahu.
"Bisa juga tambah nasi kalau mau," ujar Qu.
Sajian Spesial di Kedai Sukiyaki, Steamboat, dan Barbecue
Ia menambahkan, sajian sukiyaki dengan daging sapi dan ikan gindara adalah menu paling favorit di sini. Ikan gindara dipilih dari jenis ikan lain karena punya tekstur daging lebih lembut.
Selain menu dengan kualitas kesegaran yang selalu terjaga, bumbu dan sambal buatan sendiri juga jadi primadona di sini. "Jadi, ada bumbu kecap sebagai base rasa. Terus ada sambal yang kata orang betul pedas karena kami pakai rawit dan sambal tomat yang lebih encer. Rasanya ada pedas, sedikit asam," terang Qu.
Juga, terdapat kuah sukiyaki yang terbuat dari kaldu ayam dengan takaran racikan sendiri. Semua komponennya siap membuat Anda ketagihan sejak suapan pertama.
Karena penyajian sukiyaki membuat pelangganan merebus dan membakar sendiri bahannya, Qu menyebut, pihak penjual memastikan kalau rasanya tetap sama. "Paling tingkat kematangan saja yang berbeda," tuturnya.
Mengingat tempat berjualan yang tak sebegitu besar, Que menyebut, mereka memang tak pernah membuat persediaan porsi terlalu banyak. “Kadang ada orang datang jam 8 (malam), tapi sudah kehabisan,” terangnya.
Padahal, jam operasional kedai sukiyaki ini adalah setiap hari dari pukul 18.00 sampai 22.00 WIB. Akhir pekan jadi waktu di mana kedai ini bisa sangat ramai, bahkan mengantre sampai ke depan jalan.
Omzet bersih sekitar Rp 1,5 juta-Rp 2 juta pun bisa dikantongi setiap harinya. "Pertama pindah, yang datang paling cuma langganan. Tapi, sekarang sudah mulai ramai lagi. Nggak cuma langganan lama. Orang lewat, lihat, nyoba, terus jadi datang terus. Banyak juga yang mampir karena nunggu kereta masih penuh," paparnya.
Apalagi, nuansa homey yang ditawarkan bakal membuat Anda betah berlama-lama. "Sensasi keringatan karena panas dan pedas itu yang banyak dicari orang. Itu suasana original makan sukiyaki," tambah Qu.
Menyantap sajian serba racikan sendiri ini bakal membuat Anda mengeluarkan uang sebesar Rp 40 ribu per piring dan Rp 15 ribu untuk sayur. Harga yang bisa dikatakan terjangkau untuk makanan dengan rasa yang tak bisa ditemukan di tempat lain. Jadi, tertarik mampir?
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement