Liputan6.com, Jakarta - Kampanye budaya beberes sendiri yang dicanangkan KFC Indonesia belum lama ini ramai dibahas di media sosial. Sementara sebagian orang mendukung gagasan tersebut, sisanya tak segan mencibir dengan kata-kata cukup pedas.
Menanggapi kontroversi tersebut, Hendra Yuniarto GM Marketing PT. Fast Food Indonesia menjelaskan, kendati baru riuh belakangan, kampanye Budaya Beberes sebenarnya dimulai sejak Februari 2018.
"Sama seperti kampanye #NoStrawMovement yang lebih dulu berjalan di seluruh store KFC, kampanye #BudayaBeberes merupakan wujud kepedulian KFC Indonesia terhadap kelestarian lingkungan dengan cara mengajak konsumen peduli pentingnya upaya pemilahan sampah," terangnya lewat pesan singkat pada Liputan6.com, Senin, 21 November 2019.
Advertisement
Baca Juga
Ia menyatakan, kampanye ini bermaksud mengajak dan mengedukasi konsumen akan pentingnya pemilahan sampah, yakni membereskan sendiri setelah bersantap, juga sama-sama membangun kesadaran bahwa setelah mereka selesai makan, konsumen lain yang akan duduk di tempat tersebut.
Hendra menambahkan, tata cara makan di restoran cepat saji sebenarnya konsumen bisa memesan langsung di counter kasir, membayar, dan mengambil pesanannya. Setelah itu, konsumen bisa bersantap langsung di areal ruang makan.
"Kami berterima kasih apabila setelah bersantap, konsumen dapat membereskan sendiri sisa makanan dan minumannya demi kenyamanan bersama," ujarnya.
"Adanya kampanye #BudayaBeberes ini merupakan ajakan yang diharapkan mampu membangun kesadaran akan pentingnya pemilahan sampah untuk menjaga kelestarian lingkungan, juga agar konsumen mampu mengaplikasikannya sendiri di rumah," tambah Hendra.
Kendati demikian, ditegaskan sebenarnya tak ada aturan tertulis mengenai budaya beberes setelah makan. "Tapi, sebenarnya budaya restoran fast food adalah self-service, dan KFC di sini posisinya mengajak konsumen untuk memilah sampah bagi kelestarian lingkungan," tutur Retno, PR KFC Indonesia.
Saksikan video pilihan di bawah ini: