Sukses

Cerita di Balik Tren Pamer Bulu Tubuh Januhairy

Bukan sekadar pamer bulu publik di Instagram, tagar Januhairy punya maksud lebih dari itu.

Liputan6.com, Jakarta - Bukan sekadar pelesetan, tagar Januhairy yang sejak beberapa waktu memenuhi media sosial ternyata punya makna tersendiri di baliknya. Sampai berita ini diturunkan, setidaknya sudah ada 5 ribuan unggahan yang menyertakan #Januhairy.

Berlangsung selama satu bulan, yakni di Januari, kampanye ini bertujuan memberi perspektif baru pada para perempuan bahwa tidak apa-apa membiarkan bulu di sejumlah bagian tubuh mereka terlihat, sekaligus bermaksud meniadakan standar kecantikan yang dinilai memberi lebih banyak efek negatif ketimbang positif.

Dilansir dari Elle, Rabu (30/1/2019), hasil gerakan ini akan diakumulasi dan hasilnya didonasikan untuk Body Gossip, organisasi yang ingin mengedukasi perempuan tentang bentuk tubuh dan encourage mereka untuk jadi versi terbaik dari diri mereka, ketimbang mengikuti standar kecantikan secara sosial.

Salah satu perempuan yang ikut tren Januhairy, Laura Jackson, memberitahu BBC News, tentang feedback negatif yang diterima ketika memutuskan tidak mencukur bulu di beberapa bagian tubuhnya.

"Kebanyakan dari orang itu tidak paham mengapa aku memutuskan untuk tidak bercukur. Dari gerakan ini, aku menyadari, seharusnya kita bisa berupaya lebih untuk menerima seseorang secara utuh dan sesungguhnya," kata Laura.

Di tengah gema tagar Januhairy dan pesan positif yang dibawa, tak sedikit penghuni dunia maya yang memberi komentar negatif. Bagi mereka, tidak mencukur bulu di tubuh merupakan tindakan menjijikkan dan tak sepatutnya dilakukan.

Namun, komentar-komentar kurang mengenakkan itu nyatanya tak sebegitu berpengaruh, lantaran tak sedikit pula perempuan, juga lelaki, yang malah ikut gerakan ini. Bahkan, ada yang mewarnai bulu ketiaknya dengan warna pelangi sebagai bentuk dukungan bagi LGBT.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: