Sukses

Hari Raya Nyepi, dari Pawai Ogoh-Ogoh hingga Momen Refleksi Diri

Hari raya Nyepi yang dijalankan umat Hindu juga menjadi momen manusia untuk merenungi diri.

Liputan6.com, Jakarta - Hari raya Nyepi atau Tahun Baru Saka identik dengan kegiatan menyepi, berbeda dengan tahun baru lainnya yang selalu dirayakan dengan meriah. Di Bali, semua jalanan terlihat bagaikan kota mati, bahkan bandara tidak beroperasi selama hari raya tersebut berlangsung.

Ternyata, Nyepi memiliki rangkaian upacara di mana waktunya dilaksanakan selama enam hari. Melansir indonesia.travel, rangkaian perayaan Nyepi dimulai empat hari sebelum tanggal merah dimulai. Rangkaian acara tersebut biasanya dilaksanakan di luar ruangan dan dilaksanakan dengan meriah, salah satunya adalah parade malam tahun baru Nyepi.

Malam sebelum perayaan Nyepi, tepatnya sekitar pukul lima atau enam, dimulailah ritual Bhuta Yajna. Ritual ini merupakan parade yang mengandung makna bagi umat Hindu. Melalui ritual ini, seluruh pulau dibersihkan dari pengaruh jahat sehingga pulau tersebut dinilai bersih untuk menyambut tahun Saka yang baru.

Parade ini dilaksanakan di jalanan yang terdapat di desa mereka. Penduduk di sana akan memegang obor dan memainkan alat musik kulkul yang terbuat dari bambu.

Hal yang menarik dari parade ini adalah ogoh-ogoh. Dilansir Antara, ogoh-ogoh merupakan perwujudan dari kepribadian Bhuta Kala, simbol sadripu atau enam musuh dalam diri manusia yang meliputi kama (nafsu, keinginan), krodha (kemarahan), moha (kebingungan), lobha (tamak), mada (mabuk), dan matsarya (dengki, iri hati).

Lalu, ogoh-ogoh yang diarak merupakan simbol kehidupan manusia selalu digoda oleh keenam musuh tersebut dalam diri. Setelah diarak, ogoh-ogoh dibakar karena memasuki hari raya Nyepi umat Hindu sudah "membakar" keenam dorongan negatif tersebut. 

Selain soal ogoh-ogoh, hari raya Nyepi juga sebagai momen introspeksi diri juga perenungan atas perbuatan sehingga dapat menjadi manusia yang lebih baik di tahun yang baru. (Esther Novita Inochi)