Sukses

5 Saran Menpar Arief agar Jember Fashion Carnaval Jadi Nomor 1 di Dunia

Jember Fashion Carnaval kini menempati peringkat tiga parade terbaik di dunia, di bawah Rio de Janeiro, Brasil, dan Pasadena, Amerika Serikat.

Liputan6.com, Jakarta - Jember Fashion Carnaval (JFC) akan kembali digelar pada 31 Juli-4 Agustus 2019. Ajang karnaval terbaik ketiga di dunia itu mengangkat tema Tribal Grandeur atau Keagungan Suku-Suku Bangsa dan akan melibatkan lebih dari 6.000 peserta karnaval.

Presiden JFC Dynand Fariz menyatakan saat ini JFC menempati peringkat 1 sebagai karnaval terbaik di Asia dan peringkat ketiga karnaval terbaik dunia. Ia bertekad dalam lima tahun mendatang, JFC akan disiarkan secara langsung ke seluruh dunia.

"Pada 2018 lalu, JFC tercatat menggelar 125 kali show selama karnaval berlangsung," kata Dynand di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, Selasa, 26 Februari 2019.

Untuk semakin mempopulerkan JFC, Dynand berencana menggelar roadshow ke luar negeri. Pada 2019 ini setidaknya tercatat tiga kota yang akan didatangi timnya, meliputi Los Angeles (Amerika Serikat), Karachi (Pakistan) dan Jeddah (Arab Saudi).

"Agustus nanti tercatat akan diikuti lebih dari 6.000 peserta dan dihadiri ratusan ribu orang, serta diliput ribuan media karena JFC berkelas dunia," ujarnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyambut baik penyelenggaraan JFC yang dinilai sangat menginspirasi banyak karnaval di Tanah Air. Ia berharap penyelenggaraan JFC yang telah memiliki sederet penghargaan itu dapat dijadikan tolak ukur untuk pelaksanaan event-event serupa di Indonesia.

"JFC sudah tiga kali berturut-turut masuk dalam Top 10 dari 100 Calender of Event (CoE) Nasional. Semua yang bagus-bagus ada di JFC. Saya harap JFC bisa jadi standar penyelenggaran event di Indonesia," kata Menpar.

Untuk memiliki standar penyelengaraan yang tinggi, ia mengatakan semua event harus memenuhi kriteria 5C, yakni Creative Value, Commercial Value, Communication Value, CEO Commitment, dan Consistency.

Dari sisi creative value, lanjut Menpar Arief, setiap event harus memiliki fesyen, musik, dan koreografi yang bagus sehingga layak dijual. Dengan begitu, orang akan otomatis menyebarkan kegiatan ke dunia luar.

Sementara dari commercial value, setiap kegiatan harus berdampak langsung bagi masyarakat. Dengan kata lain, event bisa menyejahterakan warga.

2 dari 2 halaman

Strategi Anggaran Promosi

Selanjutnya adalah communication value yang juga dianggap sangat penting, karena promosinya menjadi indikator kesuksesan suatu event. Caranya dengan menganggarkan biaya untuk produksi sebesar 50 persen dan 50 persen lainnya untuk promosi, dan yang paling penting promosi pre-event.

Berikutnya adalah "cameragenic" karena hal itu berkaitan dengan media value, apalagi karena pos wisata inbound di Indonesia, khususnya sebanyak 50 persen di antaranya adalah milenial. Caranya, kata Menpar, dengan menyediakan spot foto terbaik saat event berlangsung.

"Selain itu pemanfaatan panggung yang sangat baik. Contoh saat Asian Games panggung seluas 80 x 100 meter, di atas panggung itu, jangan hanya atraksi penari saja. Tapi juga harus diimbangi dengan formasi yang bagus sehingga bagus saat dilihat dari kamera," katanya.

Untuk 'C' selanjutnya, kata Menpar, yaitu CEO commitment atau komitmen kepala daerah. Dan terakhir adalah Consistency, ada atau tidak adanya pimpinan, event tersebut harus tetap berjalan karena sudah dipromosikan sejak awal.

"Bila pemimpinnya memiliki komitmen maka indeks kebahagiaan dan pendapatan kota tersebut tinggi. Semua event harus konsisten menggunakan standar ini," kata Menpar.

Untuk mewujudkan CoE yang memiliki standar 5C, Menpar meminta agar diadakan pelatihan kepada setiap provinsi dan event organizer.

"Bulan depan, saya minta digelar coaching clinic yang melibatkan perwakilan dari seluruh provinsi di Indonesia dan semua EO yang membuat event agar standar 5C dapat segera diaplikasikan," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini: