Liputan6.com, Jakarta Zara merupakan merek pakaian terbesar asal Spanyol yang memiliki lebih dari 1700 toko di dunia. Salah satu toko Zara tersebar di seluruh Indonesia.
Bahkan Indonesia adalah salah satu negara yang memproduksi sebagian produk Zara, dengan perusahaan tekstil berlokasi di Sukoharjo, Jawa Tengah. Merek pakaian ini ada dibawah payung Inditex Group.
Pemilik Inditex Group adalah Armancio Ortega, seorang miliarder sukses yang memulai bisnisnya dari nol. Hidup Ortega tak seberuntung anak-anaknya saat ini.
Advertisement
Ortega berasal dari keluarga tak mampu. Ayahnya seorang pekerja biasa di rel kereta api dan ibunya adalah pembantu. Di usia ke-13 tahun, Ortega tak lagi mendapatkan pendidikan formal. Ortega putus sekolah karena harus membantu kedua orangtuanya.
Perjalanan kariernya membangun Zara sangat panjang. Mulai dari menjadi kurir hingga mulai menjual pakaian produksi sendiri bersama istrinya pada 1975. Berkat kerja keras, hingga saat ini Zara sudah memiliki lebih dari 2.200 toko di seluruh dunia.
Terlepas dari bisnis Zara, kehidupan sang pemilik brand retail terbesar di Spanyol itu ternyata sangat sederhana. Ortega selalu menggunakan kemeja putih, celana abu, dan jas biru setiap kali ke kantor.
Bahkan diketahui, dia tak pernah pakai dasi selain hadiah pernikahan pertamanya. Ortega juga selalu pergi ke kedai kopi yang sama setiap hari dan makan siang bersama karyawannya di kafetaria dekat kantor.
Ortega dikenal ramah di lingkungan pekerjanya. Selain itu, jika berselancar di dunia maya, Ortega memang tak meninggalkan banyak jejak digital.
Ortega sangat melindungi kehidupan pribadinya dari sorotan media dan publik. Bahkan fotonya hanya muncul sangat sedikit. Meski demikian, dengan tampilan sederhana, pria tiga anak itu menjadi orang terkaya kelima, berdasarkan Bloomberg.
Harga kekayaanya mencapai USD67.7 miliar atau sekitar Rp956 triliun. Wow! Jika Ortega menjalankan bisnis startup, uang tersebut merupakan nominal yang sangat tinggi untuk tingkat decacorn.
Â
Decacorn merupakan istilah yang digunakan untuk perusahaan rintisan yang memiliki nilai valuasi sebesar USD10 miliar atau setara dengan angka Rp140 triliun.
Valuasi adalah nilai ekonomi dari sebuah bisnis. Jadi kalau Ortega mau mengakuisisi startup level decacorn, dia harus menyediakan uang sekitar Rp140 triliun.Â
Bicara tentang decacorn, Indonesia punya startup decacorn pertama se-Asia Tenggara. Namanya Grab. Pencapaian Grab sudah dimulai sejak diluncurkan pada 2012 yang mulai mencoba mengatasi masalah transportasi masyarakat dunia, khususnya di Asia Tenggara.
Grab yang menjadi everyday super app atau platform ini sangat mendukung segala kebutuhan. Mulai dari transportasi, seperti motor, mobil, dan taksi yang menjadi pilihan untuk memudahkan mobilisasi Anda.
Berbekal smartphone, Grab kini bukan hanya beroperasi di Indonesia saja, tapi juga di tujuh negara lain, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Kamboja, Myanmar, dan Filipina.
Jumlah pengunduh Grab pun mencapai lebih dari 138 juta dan layanannya tersebar di 336 kota. Melihat jumlah pengguna yang besar, tak heran jika Grab menjadi decacorn pertama di Asia Tenggara, dengan kualitas layanan terbaik, tarif bersahabat, dan membantu pengguna menjalani aktivitas dengan lebih efisien.
Â
Â
(*)