Sukses

Cerita Kaki Kiri Patung John Harvard yang Jadi Latar Foto Maudy Ayunda

John Harvard, sosok penting di balik berdirinya universitas bergengsi di dunia yang kini membuat dilema Maudy Ayunda.

Liputan6.com, Jakarta - Nama Maudy Ayunda ramai diperbincangkan di media sosial. Bukan soal kariernya dalam dunia musik, melainkan mengenai unggahan di akun Instagram pribadinya, @maudyayunda. Pasalnya, ia diterima di dua universitas ternama hingga membuat dilema, apakah akan pilih Harvard University atau Stanford University.

Pada Senin, 4 Februari 2019, Maudy terlihat sedang bepose duduk di bawah patung John Harvard. Patung tersebut memiliki cerita unik yang jarang orang ketahui.

Melansir dari harvardmagazine.com, Selasa, 5 Februari 2019, patung John Harvard mungkin adalah objek yang paling banyak disentuh di universitas tersebut. Kaki kirinya selalu mendapat gosokan yang hampir tak berkesudahan oleh wisatawan yang percaya bahwa tindakan itu membawa keberuntungan.

Namun, mahasiswa Harvard sendiri lebih mengetahui, kecuali menyentuhnya.  Hal tersebut karena satu dari tiga perbuatan tradisional yang harus diselesaikan oleh beberapa mahasiswa sebelum lulus adalah buang air kecil di bawah patung John Harvard.

Jadi, seberapa bersihkah patung John Harvard? Staf administrasi yang bertanggung jawab atas pemeliharaannya mengatakan bahwa patung itu dibersihkan berdasarkan kebutuhan dan dicuci lima hingga enam kali setahun.

"Pemeliharaan benar-benar berputar ketika mahasiswa beraktivitas di patung itu," ujar Joel Day, manajer fasilitas di kampus tersebut. Kadang-kadang, orang yang berkunjung mencium bau tak sedap. "Patung itu tak dicuci selama musim dingin karena menyiramnya dalam suhu beku akan menimbulkan bahaya tergelincir," tambahnya.

2 dari 2 halaman

Bertahan Selama 132 tahun

Patung John Harvard telah lama menjadi situs populer sebagai ekspresi kreatif. Orang-orang dari dalam dan luar universitas telah menghiasinya dengan berbagai atribut, termasuk kerucut oranye, labu, karangan bunga, dan pakaian. "Saya agak ragu sejauh memberikan terlalu banyak detail, karena memberikan ide kepada orang-orang," kata Maureen McCarthy, Manajer Harvard Yard.

Kebanyakan insiden vandalisme terjadi selama musim sepak bola, ketika siswa dari lembaga-lembaga sejawat mengunjungi Harvard dan ingin meninggalkan jejak mereka.

Kerusakan paling dramatis pada patung itu terjadi ketika beberapa afiliasi Dartmouth melemparkan cat hijau berbasis minyak pada 2012. Staf pemeliharaan tidak dapat menghapus cat, dan patung itu tetap hijau selama beberapa bulan.

Akhirnya, universitas mempekerjakan Stuart Dean, sebuah perusahaan spesialis restorasi logam, mengoksidasi ulang, dan memoles ulang patung itu. Menurut Peter Pappas, seorang karyawan Stuart Dean yang bertanggung jawab atas proyek restorasi, biaya perbaikan Harvard menelan biaya  5.000 dolar AS setara dengan Rp 70,6 juta.

Menurut Henry Lie, konservator benda dan patung di Harvard Art Museum, sebagian besar keberadaan patung perunggu ini tak menerima perawatan atau pemeliharaan profesional. Lapisan lilin melindungi permukaan patung itu dari unsur grafiti. Lie menambahkan, sejauh ini berbagai tindakan vandalisme tak menimbulkan kerusakan permanen, dan patung itu tak banyak berubah selama 132 tahun sejak patung itu dibuat, kecuali kaki kirinya yang selalu berkilau.

Kaki itu juga satu-satunya bagian dari patung John Harvard yang tak memerlukan perawatan karena sudah dibersihkan wisatawan. Dengan menyentuhnya, para wisatawan sudah mencegah patina (balutan hijau pada perunggu) berkembang. "Tanpa lapisan, dapat menahan sentuhan kasar yang terus-menerus yang terjadi," kata Lie. 

Ketika mereka ditanya, apakah mau memegang patung Harvard tersebut, mereka lebih memilih untuk tak melakukannya. "Saya tak membayangkan itu higienis, tetapi saya tak tahu bagaimana Anda menghindarinya," kata McCarthy. Dia menambahkan, sepertinya di sekitar patung John Harvard harus diberikan sumber air bersih (sanitasi). (Adinda Kurnia Islami)

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: