Liputan6.com, Jakarta Sebanyak tiga tarian daerah akan ditampilkan dalam Konser Musik Perbatasan Malaka dan Kefamenanu (KMP-MK) 2019. Rencananya, tari-tarian itu akan dibawakan secara kolosal. Konser Musik Perbatasan Malaka-Kefamenanu akan digelar 28-29 Maret 2019, di Lapangan Misi Paroki Betun, Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menurut Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kementerian Pariwisata Muh. Ricky Fauziyani, atraksi di Malaka ini tidak akan kalah heboh jika dibandingkan dengan Konser Musik Perbatasan Atambua.
“Setelah Atambua, kita juga akan menampilkan konser musik di Malaka. Ada Maria Vitoria dan Bondan Prakoso yang akan menjadi bintang tamu. Ada juga aksi tarian massal. Selain berbagai kemeriahan, event ini menjadi media pelestari seni budaya dan tradisi,” tutur Ricky Fauziyani, Minggu (10/3).
Tiga tarian yang akan ditampilkan secara kolosal di Malaka adalah Tari Tebe, Tari Likurai, dan Bidu. Dijelaskan Ricky, ketiga tarian itu memiliki nilai-nilai berbeda.
“Konser Musik Malaka -Kefamenanu akan menjadi menarik dengan kehadiran tarian massal khas Tanah Timor. Tari Tebe, Likurai, dan Bidu bisa menjadi inspirasi. Karena memiliki nilai-nilai adat. Para wisatawan nantinya bila belajar dari nilai yang dimiliki oleh setiap tarian. Jadi, ini jangan sampai kegiatan ini terlewatkan. Segera atur perjalanan menuju Malaka,” lanjut Ricky lagi.
Tari Bidu dikenal sebagai media untuk mencari jodoh. Daerah Malaka dan sekitarnya, memiliki beberapa tahap menuju jenjang pernikahan. Ada Hameno Bidu yang bermakna kesepakatan sekaligus perencanaan awal menuju pelaminan. Tahap berikutnya adalah Binor, yaitu pertukaran cenderamata yang dilanjutkan Mama Lulik atau peminangan.
Usai dipinang baru dilanjutkan ke tahap Mama Tebes. Ini adalah momen membicarakan tanggal nikah. Umumnya, Tari Bidu dibawakan oleh 8 penari putri dan 2 penari putra. Gerakan Tari Bidu bagi putra didominasi rentangan tangan dan memutar badan. Untuk penari putri didominasi oleh gerak lembut tangan. Posisi kakinya jalan di tempat.
Sedangkan Tari Tebe serupa dengan Tari Ronggeng. Pada zaman dahulu, Tari Tebe menjadi ungkapan kegembiraan kala Meo pulang dari medan perang. Tebe dibawakan dengan lantunan syair dan kananuk (pantun).
Tari Tebe pernah memecahkan rekor MURI pada Oktober 2015. Waktu itu, Tari Tebe dibawakan 4.601 penari. Memperingati HUT ke-99 Atambua, Belu, Tari Tebe dibawakan pelajar dan instansi terkait. Sembari menari, mereka pun membentuk formasi angka 99.
Sedangkan Tari Likurai sempat mencuri perhatian di opening ceremony Asian Games 2018. Tari Likurai juga pernah masuk rekor MURI, Oktober 2017. Tarian ini dibawakan oleh 6.000 penari di Bukit Fulan Fehan. Para penarinya adalah pelajar dari 3 kabupaten di zona crossborder NTT.
“Ada banyak tarian yang disajikan di konser musik Malaka nanti. Beberapa memiliki background prestasi luar biasa. Lengkap dengan karakter eksotisnya,” papar Ricky lagi.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, Konser Musik Malaka dan Kefamenanu akan menjadi atraksi yang sayang untuk dilewatkan. “Bukan hanya atraksinya saja yang luar biasa. Aksesibilitas dan amenitas menuju Malaka juga bagus. Kami tunggu Anda di Malaka. Enjoy Tanah Timor,” tutup Arief Yahya.
(*)